Wednesday, July 16, 2008

Visit our new website

http://rukukineruku.com

Thursday, March 22, 2007

Daftar Program dan Film dalam "Resfest 2006 Goes to Bandung"

1. EVERYTHING UNDER THE SUN: FILMMAKING WITH A PURPOSE
Saat memeriksa ribuan karya peserta tahun ini, satu hal tampak lebih jelas dari sebelumnya: para filmmaker semakin jauh mendorong diri mereka untuk merespons kompleksitas kehidupan modern secara langsung. Ini adalah koleksi karya dengan gaya sangat berbeda, yang terang-terangan berusaha menyampaikan berbagai isu. Cakupannya luas, di antaranya kerapuhan lingkungan hidup, penelitian stem cell, penggundulan hutan, meningkatnya penggunaan tenaga nuklir, serta pergerakan anti-globalisasi. Pada suatu titik sejarah, saat banyak orang merasakan kebutuhan untuk berlaku lebih bertanggung jawab baik secara individual maupun kolektif, para filmmaker berbakat ini, dengan semangat tinggi untuk membuka jalan, menjadi sumber dukungan dan inspirasi yang berarti.

Jadwal pemutaran:
Kineruku, Senin 26 Maret 2007, Pk. 16:35 - 17:50

Unpad Jatinangor, Rabu 28 Maret 2007, Pk. 12:45 - 14:00

ITB D4 Animasi, Rabu, 28 Maret 2007, Pk. 15:15 - 16:30


BADGERED
UK | 7:00 | 2005
DIRECTOR: SHARON COLMAN
Saat tumbuh dewasa, sutradara Sharon Colman seringkali mempertanyakan perasaan para hewan tentang gudang senjata rahasia pada suatu pusat nuklir, dekat rumahnya di Skotlandia. Dalam film nominasi Oscar yang dibuatnya semasa sekolah, Badgered, ia memakai animasi tradisional buatan tangan untuk memaparkan kisahnya dalam sudut pandang hewan. Sebuah dongeng emosional tentang seekor teledu yang terbangun dari tidur, karena sebuah truk datang menyimpan senjata di dekat sarang si teledu di lereng bukit.

WHAT WE’VE FOUND OUT ABOUT STEM CELLS
UK | 13:00 | 2006
WRITER/DIRECTOR RICHARD FENWICK
Dalam upaya memaknai suara-suara datar media dalam perdebatan tentang stem cell embrionik*, dan sungguh-sungguh menyelami etika isu tersebut, sutradara Richard Fenwick bekerja sama dengan Pusat Penelitian Biologi Stem Cell dan Genetika Perkembangan di Universitas Newcastle. Hasilnya, film animasi sederhana penuh warna, yang berusaha menguraikan mitos mengenai dunia penelitian stem cell yang kompleks.

AR(R)ÊTES
FRANCE | 4:58 | 2005
DIRECTORS/EDITORS/ANIMATORS: SYLVAIN BLOND, JULIEN CAIL, QUENTIN RICCI
MUSIC: JULIAN VANDENBULCKE
Digarap di sekolah animasi Perancis Supinfocom, Ar(r)êtes memanfaatkan teknik multimedia dan animasi singkat-padat penuh ancaman untuk menunjukkan bahwa limbah industri yang ditumpahkan ke dasar laut dapat mengakibatkan hal-hal di luar kuasa manusia.

CALIFORNIA COASTAL COMMISSION “NON-NATIVE SPECIES”
USA | 0:35 | 2006
DIRECTOR: STARDUST
Untuk mempromosikan California Cleanup Day, bicoastal studio Stardust menciptakan iklan layanan masyarakat ini, berupa animasi yang menggugah. Karakter CigEgret dari kampanye California Coastal Commission 2005 kembali muncul, menunjukkan kehancuran lingkungan alami sebagai dampak polutan buatan manusia—digambarkan dalam bahasa visual yang mencengangkan.

FOREST CLEARING
UK | 2:53 | 2006
DIRECTORS: SIMON ROBSON, PATRICK VALE
Diproduksi oleh MESH animation scheme dari Channel 4, Forest Clearing menyajikan dongeng peringatan perihal perusakan lingkungan dan kesombongan umat manusia. Seekor rusa pincang melakukan tawar-menawar ala Faust dengan figur jahat yang memiliki ambisi menakutkan. Animasinya dibuat dengan kerja keras: model-model 3-D film tersebut dilukis, di-scan, dicetak sebagai peta-peta UV dan dilapiskan kembali pada masing-masing model.

ALIVE IN JOBURG
CANADA/SOUTH AFRICA | 6:20 | 2005
DIRECTOR/VFX/EDIT: NEIL BLOMKAMP
Dalam karyanya, Alive in Joburg, sutradara peraih penghargaan Neil Blomkamp belakangan ini merekam dan menyutradarai sebuah film panjang yang berdasar pada Halo. Ia membawa karya fiksi-ilmiah Amerika dalam konteks dunia-ketiga. Bertempat di Johannesburg, karya CG ini mempersembahkan dokumenter yang berkutat dengan topik paling mendesak di Afrika Selatan saat ini—masuknya gelombang alien ilegal. Namun, Blomkamp menerjemahkan istilah ini lebih harfiah dari yang Anda kira.*

HUNGRY PLANET
US | 1:40 | 2006
ANIMATION: HOWARD TSAI
Karya ini memenangkan Adobe Design Achievement Award 2006. Hungry Planet mengubah ilustrasi dari cukilan kayu menjadi karya pointed motion (film yang direkam dengan kecepatan rendah, di bawah 60 frame per detik). Dalam bahasa visual, dipaparkan kisah pergerakan makanan organik, menantang para konsumen membayangkan keadaan dunia tanpa makanan yang dimodifikasi secara genetik. Film ini merupakan penghormatan bagi Norman Borlaug, peneliti agrikultur dan pemenang Nobel dari Amerika.

PIZZA SURVEILLANCE FEATURE
USA | 2:20 | 2004
DIRECTOR: MICAH LAAKER
Dibuat untuk American Civil Liberties Union, Pizza Surveillance Feature adalah sebuah animasi Flash sederhana, mengajak kita membayangkan apa jadinya privasi kita di masa depan. Karya ini akan membuat Anda tertawa… dengan gugup.

TRUSTED COMPUTING
GERMANY | 3:30 | 2005
DIRECTORS: BENJAMIN STEPHAN, LUTZ VOGEL
“Trusted computing” menggambarkan teknologi komputer yang akan menolak program tak terdaftar. Ini adalah elemen kunci dalam perdebatan antara hak manajemen digital dan desain software yang open-source. Dokumenter grafis ini mengeksplorasi makna “trust (kepercayaan)” yang sesungguhnya dalam perdebatan tersebut, dan efek apa yang mungkin terjadi dengan masa depan teknologi.

INPUT OUTPUT
JAPAN | 5:15 | 2006
DIRECTOR: TATSUYA IWAKOSHI
Input/Output menguji sebuah siklus yang sangat tua, awal dari kemunculan makhluk hidup berakal (output) di dunia yang sebelumnya hanya berupa alam. Saat makhluk tersebut mati, ia kembali ke alam (input). Demikianlah proses tersebut berulang hingga tercipta manusia (output). Manusia memperoleh pengetahuan dan kebijaksanaan (input), serta menciptakan (output). Namun apa jadinya jika manusia menciptakan sesuatu yang buruk?

B IS FOR BOMB
SOUTH AFRICA | 10:00 | 2005
DIRECTORS: CAREY SCHONEGEVAL MCKENZIE
B is for Bomb terinspirasi dari puisi Thomas Merton di tahun 1962 berjudul “Original Child Bomb”. Seorang anak laki-laki bercerita tentang sejarah era nuklir secara runut, sambil menampilkan berbagai rekaman, gambar serta animasi sejarah untuk alat bantu visual.

WARNING, PETROLEUM PIPELINE
NETHERLANDS | 4:45 | 2005
DIRECTOR/PRODUCER/SCREENWRITER/ANIMATION/SOUND DESIGN: JAN VAN NUENEN
Ketika gurun terpencil berubah menjadi dunia industrialisasi futuristik, mesin-mesin tak terlukiskan mengembangkan mekanisme yang makin kompleks. Gerak ritmik mereka menghasilkan musik latar bagi dunia industri.

GREENPEACE “HALF LIFE”
UK | 2:00 | 2003
DIRECTORS: DAVID LEA, JOHN WILLIAMS
Dengan kamera handheld dan efek visual surealis ala film Blair-Witch Project, video Half Life menyampaikan visi yang menggugah perihal kehidupan hewan serta tumbuhan liar di era pasca-nuklir mendatang.

ONE OF THE WAYS
JAPAN | 4:00 | 2005
DIRECTOR/ANIMATOR/EDITOR/SCREENWRITER/SOUND DESIGN: KEN KURODA
Di sebuah lingkungan tercemar tempat orang menghabiskan hidup dengan melakukan rutinitas yang berulang, panah-panah merah muncul tiba-tiba—membawa sebuah pesan, menunjuk ke suatu arah. Ke mana panah-panah tersebut membawa mereka?

HAIL: THE RETURN OF THE SUN
USA | 2:00 | 2005
DIRECTOR/EDITOR: JOSEPH KAHN
Film pendek karya sutradara Joseph Kahn untuk perusahaan solar raksasa Jerman, Solon AG. Berupa legenda kehancuran Bruckheimeresque dalam skala kecil, menggunakan nilai produksi tinggi dan efek cerdas untuk mengekspresikan jumlah energi matahari yang tak terkira banyaknya.

HUMANS!
US | 1:07 | 2006
DIRECTOR: THREE LEGGED LEGS
Dalam Humans! perkumpulan animator Los Angeles, Three Legged Legs, mempersembahkan 60 detik iklan layanan masyarakat tentang kesadaran global, mengingatkan kita pada masalah yang sedang menimpa bumi: manusia. Bumi, bola hijau gemuk yang lucu dan lugu, tak punya banyak peluang melawan parasit-parasit hitam yang kasar ini. Saksikan bumi menjadi mangsa penyakit fatal tersebut!

==

2. CINEMA ELECTRONICA
Seperti biasa program populer ini menghadirkan kepiawaian para filmmaker berbakat dunia dalam mendongkrak lagu-lagu electronic dan hip-hop lama, dengan video singkat yang sarat kelihaian. Menyandingkan grup-grup semacam Basement Jaxx, Hifana dan Massive Attack, koleksi ini dimulai dengan “Smiley Faces” dari Robert Hales untuk Gnarls Barkley—perjalanan mempesona, gabungan Zelig dan “Grey Video” dari Danger Mouse. Di video lain, +Cruz dan Shane Lester menghentakkan “What You Standin’ For” untuk DJ Uppercut dari Jepang. Sepasang seniman baru yang menarik muncul penuh kejutan: David O’Reilly dari Irlandia dengan “Szamar Madar” untuk The Venetian Snares, dan Nadia Micault dari Perancis dalam “L’Amour Made in Taiwan” oleh Sir Alice. Nicolas Randall dari Australia menutup pesta ini dengan “All He Needs”, cover version berani yang dipengaruhi karya Mike Mills “All I Need” untuk Air—parodi sekaligus penghormatan.

Jadwal pemutaran:
Arsitektur ITB, Selasa 27 Maret 2007, Pk. 17:05 - 18:05 (waktu masih dapat berubah)
FSRD Unpas, Kamis 29 Maret 2007, Pk. 10:40 - 11:40
Common Room, Jumat 30 Maret 2007, Pk. 14:00 - 15:00

U GONNA WANT ME: TIGA
US | 3:00 | 2005
DIRECTOR: OLIVIER GONDRY
DJ Tiga asal Montreal, bersama para pendukungnya Thomas Von Party dan Jake Shears dari The Scissor Sisters, menghasilkan inovasi dengan menggunakan glow stick dalam lingkaran 30 kamera. Video ini dibuat dengan software efek khusus milik pribadi sang sutradara, Olivier “Twist” Gondry.

HELLO, I LOVE YOU: ADAM FREELAND
US | 3:40 | 2006
DIRECTOR: HAPPY
Freeland me-remix lagu The Doors berirama breakbeat ini, dan Happy membuatkan videonya. Menampilkan anak perempuan lugu yang menemukan robot jahat sewaktu berjalan-jalan di hutan, lalu membujuk orangtuanya agar diperbolehkan mengambil robot tersebut. Tetapi selama piknik di pedesaan, sang robot menyerang keluarga ala Walton itu, meluluhlantakkan mereka dengan jari-jari logamnya.

NAMPOO: HIFANA
JAPAN | 4:06 | 2006
DIRECTOR: KAZUFUMI KIMURA
Perjalanan sebuah boneka, mengapung jauh ke tengah laut dan terbang tinggi ke langit, dalam dunia psikedelik yang aneh dan asing.

L’AMOUR MADE IN TAIWAN: SIR ALICE
FRANCE | 3:48 | 2006
DIRECTOR: NADIA MICAULT
Jas hujan, topi fedora dan koper metalik, bersama efek flicker yang memperhebat aksi live, menjadi elemen kunci dalam kisah penuh intrik dan spionase ini. Cocok dengan nuansa ketegangan Elektro-pop Perancis ala Sir Alice.

WHAT YOU STANDIN’ FOR: DJ UPPERCUT
JAPAN | 3:46 | 2006
DIRECTOR: +CRUZ AND SHANE LESTER
Tampil eksklusif dalam warna-warna cokelat tanah, provokasi politik dalam bentuk animasi ini mengantarkan pesan propagandisnya lewat citra animasi DJ Uppercut dan rapper Roscoe P. Goldchain, diseling slogan-slogan kunci lagu tersebut.

NO GOOD: PLAN B
UK | 4:00 | 2005
DIRECTOR: DANIEL LEVI
Jika Anda merasa sering tertimpa berbagai hal, Anda akan memahami video stop-motion yang patah-patah ini. Di Rapper dari East London, Plan B, berusaha mengumandangkan syair di tengah pergulatan melawan benda-benda yang mendadak hidup dan menyeretnya kesana-kemari.

SEOUL DIARY
KOREA | 4:16 | 2004
DIRECTOR: HYUNSUK KIM
Hyunksuk Kim menggiring kita ke dalam perjalanan hitam-putih melalui Seoul dengan kecepatan tinggi. Seorang pria muda ingin meninggalkan kota, tapi gagal menemukan jalan keluar.

NEW ME: JAMIE LIDELL
AUSTRIA | 4:26 | 2006
DIRECTOR/DIRECTOR OF PHOTOGRAPHY/WARDROBE: ALEKSANDRA DOMANOVIC
Sekumpulan pria berpakaian putih-putih membawakan tarian koreografis, berlatar shot-shot suasana jalanan yang berselingkupan seperti karya David Hockney.

TRY TELLING THAT TO MY BABY: THE HEAVY BLINKERS
CANADA | 4:00 | 2005
DIRECTOR/ANIMATOR/PHOTOGRAPH/EDITOR: FLUORESCENT HILL
Ingatkah Anda pada masa kecil, saat kita berharap Negeri Permen benar-benar ada? Montreal’s Fluorescent Hill mewujudkan harapan tersebut dengan animasi manis penuh warna. Sepotong kue mangkok berhias ceri melintasi surga anak-anak yang penuh lollipop dan tongkat peppermint. Hasilnya, visualisasi musik indie-pop mewah nan sedap ala Heavy Blinkers.

FALSE FLAGS: MASSIVE ATTACK
UK | 2:45 | 2006
DIRECTOR: PAUL GORE
Terinspirasi kerusuhan 2005 di Paris, video “False Flag” karya Paul Gore menampilkan potret slow-motion seorang pria Perancis-Arab, terjepit di antara amarah dan ketakutan saat ia menyalakan serta melemparkan sebuah bom minyak tanah. Direkam dengan kecepatan 1000 frame per detik, emosi intens dan detail-detail momen tersebut terasa seperti serangkaian gambar diam.

SOUND MIRRORS: COLDCUT
DIRECTOR: UP THE RESOLUTION
UK | 6:00 | 2006
Sekelompok amuba sederhana berevolusi menjadi cahaya bawah air yang bergelora dalam kegelapan samudera, kemudian naik ke permukaan dengan pola-pola lebih indah. Dalam “Sound Mirror”, para seniman visual diberi kebebasan sesuka hati menafsirkan musik hasil kolaborasi ambisius duo Coldcut tersebut.

SZAMAR MADAR: VENETIAN SNARES
UK | 3:00 | 2006
DIRECTOR/PRODUCER/ANIMATOR/EDITOR: DAVID O’REILLY
Menggunakan animasi abstrak chiaroscuro*, ditandai sistem cuaca buruk yang selaras dengan irama breakbeat lagu ini, murid Shynola dan sutradara Irlandia kawakan David O’Reilly dengan cantik mengiringi perkawinan bass dan orkestra avant-garde Venetian Snares.

THE VELVET CELL: GRAVENHURST
UK | 3:10 | 2005
DIRECTOR/ANIMATOR: THOMAS HICKS
Sutradara Thomas Hicks telah bekerja dengan Gravenhurst sejak memenangkan kontes penyutradaraan video mereka dua tahun yang lalu. Dalam “ The Velvet Cell”, Hicks memakai animasi mirip blueprint untuk menciptakan sebuah dunia utuh yang ganjil, dengan infrastruktur kacau balau dan tembus pandang. Orang-orang bergegas ke segala arah, tidak sadar kehidupan mereka sedang dipertontonkan.

GRV 2283: GROOVISIONS
JAPAN | 4:30 | 2006
DIRECTOR: GROOVISIONS
Sebuah animasi diagramatik menarik dari Jepang, dibuat untuk nomor funk yang penuh gairah, menampilkan berbagai pola dan gangguan aneh khas kehidupan modern perkotaan. Video ini terus-menerus menayangkan rekaman tampak atas sebuah parade urban ganjil, yang bergerak melalui taman-taman dan jalan-jalan kota. Akibat karisma sang pemimpin yang berkaki karet, parade tersebut terus menerus memikat anggota baru—termasuk seekor kuda aneh.

BIRDS: VITALIC
FRANCE | 2:58 | 2006
DIRECTOR/PRODUCER: PLEIX
Dengan maksud mengubah subyek sehari-hari menjadi sesuatu yang asing, Pleix memilih anjing untuk film pendeknya, khusus untuk musik acid-electro Vitalic yang bergairah (Apa? Anda mengharapkan burung-burung?). Kelompok asal Perancis ini memakai kamera digital berkecepatan tinggi untuk merekam berbagai jenis anjing kesayangan—dari papillon dan pudel hingga basset hound dan bull terrier—melompat dalam gerak sangat lambat, menghasilkan pengalaman sinematik yang unik. Deskripsi paling tepat untuk video ini: “puppy porn”.

WE ARE YOUR FRIENDS: JUSTICE VS. SIMIAN
FRANCE | 3:00 | 2006
DIRECTORS: ROZAN & SCHMELTZ
Pernahkah Anda terbangun setelah mabuk semalaman, lalu sadar telah dipermainkan oleh teman-teman Anda? Tim sutradara asal Perancis Rozam & Schmeltz mengeksplorasi rasa malu dan kegembiraan “nesting,” sebuah tradisi murid sekolah putra untuk menumpuk berbagai macam benda di atas tubuh seseorang yang telah meninggal.

==

3. VIDEOS THAT ROCK
Setelah setengah dekake pembelajaran yang diikuti ledakan jumlah seniman indie, perusahaan rekaman akhirnya menyadari kelebihan karya-karya konseptual dibanding video berformula baku. Dalam program RESFEST 2005, Videos That Rock, animasi untuk band-band yang sedang naik daun seperti The Arcade Fire dan Bloc Party memyajikan narasi menohok dalam kemasan visual maya yang menghibur. Fotografer dan seniman digital kelas dunia Charlie White menggunakan boneka untuk mengeksplorasi peluang tematik bagi lagu Interpols “Evil”. Program ini juga menampilkan sutradara papan atas seperti Jonas Odell, MK12 dan Joseph Kahn. Bersama seorang pendatang baru berbakat, sutradara seperti Lobo dan Michael Gondry menggunakan animasi komputer, stop-motion maupun animasi tradisional, juga efek khusus berwarna-warni serta video digital tanpa editing. Hasilnya adalah serangkaian karya visual memukau yang sepadan dengan jiwa band-band seperti Soulwax, LCD Soundsystem, Guided by Voices, The Flaming Lips, Lemon Jelly dan The Shins.

Jadwal pemutaran:
Kineruku, 26 Maret 2007, Pk. 18:20 - 19:35
Unpad Jatinangor, 28 Maret 2007, Pk. 10:40 - 11:55
ITB D4 Animasi, 28 Maret 2007, Pk. 13:45 15:00

YOU GOTTA HOLD ON: THE FLAMING LIPS
BRAZIL | 4:33 | 2005
DIRECTOR/ANIMATOR: LOBO
Karya animasi hibrida ini pada dasarnya merupakan cerita tentang gejala jaman,saat robot muda yang berusaha menemukan tempatnya di dunia terpaksa menghadapi konfrontasi menegangkan, ditambah dengan kehilangan satu kakinya.

HOW ABOUT THAT: GISLI
BELGIUM | 3:00 | 2005
DIRECTOR: PIC PIC ANDRE
Seorang penyanyi lagu daerah melakukan perjalanan untuk menyampaikan pesan kebenaran pada orang-orang. Pesannya menyebar dengan cepat, dan saat malam tiba, api unggun di depan kemahnya telah dikelilingi oleh pengikut setia.

THE SHOUTY TRACK: LEMON JELLY
UK | 3:50 | 2005
DIRECTOR/ANIMATOR: AIRSIDE
Sebagian terinspirasi dari “metalheads who spray-paint their dog”. Dengan medium pena dan tinta, video nakal bertema remaja ini menampilkan para rocker tak berleher, berpesta di atas halaman buku notes bergaris yang bertuliskan tata-tertib kampus. Ditambah pula dengan berbagai gambar kekerasan, kekacauan umum serta berbagai hal yang ganjil dan buruk.

EVIL: INTERPOL
USA | 3:28 | 2004
DIRECTOR: CHARLIE WHITE
Tabrakan mobil yang dahsyat mengakibatkan trauma mental pada sebuah boneka berwajah kelabu. Paramedis kemudian datang, merawat luka dan membawanya ke Unit Gawat Darurat untuk diperiksa.

DRINK TO MOVING ON: GRAND NATIONAL
USA | 3:18 | 2004
DIRECTORS: RAMON & PEDRO
Berdasarkan videogame tahun 80-an Tetris, video ini mengisahkan versi manusia dari salah satu blok game tersebut. Dengan sedih ia menjalani rutinitas harian, kehilangan satu per satu bagian dirinya saat bersentuhan dengan blok-blok Tetris lain.

E TALKING: SOULWAX
UK | 3:35 | 2005
DIRECTOR: EVAN BERNARD
Direkam langsung dari kelab malam London’s Fabric, video satir ini mengecam dance music yang terkenal dekat dengan kecanduan narkotika illegal. Disampaikan dengan cara yang menyerupai segmen pendidikan alfabetik Sesame Street.

DAFT PUNK IS PLAYING AT MY HOUSE: LCD SOUNDSYSTEM
USA | 3:20 | 2005
DIRECTOR: CHRIS CAIRNS
Kerumunan manusia berkumpul dalam kilau LED Technicolor yang berkedip seirama hentakan ritmik lagu ini, sementara James Murphy dari LCD mengadakan pesta di rumahnya di New York. LED-LED menginvasi pesta tersebut hingga akhirnya menguasai tubuh Murphy.

PIONEERS: BLOC PARTY
UK | 3:37 | 2005
DIRECTOR/ANIMATOR/EDITOR: MINIVEGAS
Syair gelap tentang betapa nikmat dan bahayanya menjadi seorang perintis yang membuat gebrakan. Kisah surealis di balik animasi ini terinspirasi dari mimpi buruk yang aneh, fiksi detektif dan dongeng politik.

FEELS JUST LIKE IT SHOULD: JAMIROQUAI
UK | 3:37 | 2005
DIRECTOR: JOSEPH KAHN
Pentolan Jamiroquai Jay Kay terdampar dalam sebuah dunia surreal yang kumuh, lalu berubah wujud dalam berbagai karakter—dirinya, pengemis dan Candyman yang menjijikan. Lantunan kata-kata psikedelia jalanan berkumandang saat Jay Kay berjuang melawan berbagai identitas dirinya.

HUMAN: CARPARK NORTH
DENMARK | 2:31 | 2005
DIRECTOR: MARTIN DE THURAH
Dengan fotografi yang menawan, video ini menggambarkan emosi-emosi kuat pada masa pra-pubertas. Sekelompok anak berpakaian lebih dewasa dari umur mereka, menampilkan gerakan tarian yang makin lama makin mustahil, mengungkapkan kerapuhan sekaligus kekuatan.

ROMANTIC DEATH: THE SUN
USA | 3:14 | 2005
DIRECTORS: ALEX NAM
Menampilkan footage dari beautyagony.com (situs yang didedikasikan untuk glory orgasms), seri video ini direkam dengan pillow’s eye view (sudut pengambilan gambar dengan kamera mengarah tegak lurus ke atas), menggambarkan berbagai macam ekspresi wajah dalam perjalanannya menemukan kepuasan seksual.

I WONDER: THE WILLOWZ
USA | 3:31 | 2004
DIRECTOR: MICHEL GONDRY
Seorang gelandangan dekil menemukan benda-benda dengan manfaat tak terduga saat mengais tumpukan sampah kota. Benda-benda tersebut dibangunnya menjadi kendaraan radikal model baru,yang menjadikannya anggota kaum glamor—setidaknya untuk sesaat.

SMILE: MAD ACTION
SWEDEN UK | 3:52 | 2004
DIRECTOR/EDITOR: JONASL ODELL
Lagu manis-getir tentang kehilangan cinta ini diceritakan melalui animasi yang terus-menerus berubah wujud, memperoleh estetikanya dari semua pergerakan seni utama di abad 20.

MA MÉLODIE: M
FRANCE | 3:47 | 2005
DIRECTOR: CYRIL HOUPLAIN
Karakter seni bergaris sederhana, dengan sifat-sifat iblis samar, mengeksplorasi dunia dua dimensi yang bergolak pasang-surut seiring dengan melodi mengawang M.

THE LONG VEIN OF THE LAW: SUBTLE
UK | 3:23 | 2005
DIRECTOR: SSSR
Dalam rujukan politik yang hanya sedikit disamarkan ini, sekelompok robot alien raksasa meluluhlantakkan metropolis Selatan sebelum akhirnya dihentikan oleh seorang pahlawan yang meragukan.

NEIGHBORHOOD #3: THE ARCADE FIRE
CANADA | 5:12 | 2005
DIRECTORS/ANIMATORS: PLATES ANIMATION
Sedikit mirip badai es raksasa tahun 1999 yang membekukan pusat Kanada, video ini menampilkan sekelompok preman jalanan yang berlarian melalui Old Montreal sambil menarik putus seluruh kabel listrik kota, sementara para tetua kota mengejar mereka.

BACK TO THE LAKE: GUIDED BY VOICES
USA | 2:43 | 2005
DIRECTOR/EDITOR: MK12
Benih bunga matahari tersesat menebarkan akar-akarnya di tanah, menyediakan struktur bagi sebuah narasi bersengkarut yang menghubungkan hidup seorang gadis dengan pemuda dalam tampilan bergaya sinar-X.

PINK BULLETS: THE SHINS
ISRAEL | 3:48 | 2005
DIRECTOR/PRODUCER/ANIMATOR: ADAM BIZANSKI
Untuk mempertahankan suasana lagu yang sepi dan sedih, video ini menyajikan narasi stop-motion melankolis tentang sekelompok sapi kertas yang terpenjara, serta kenangan akan hari-hari indah di masa lalu.

MAGIC: MARBLES
USA | 1:55 | 2005
DIRECTORS: GREG GILPATRICK
Sejumlah elemen grafis penuh keceriaan, dari “roda ajaib” untuk pengambilan keputusan hingga pusaran gelombang satu dimensi, berdenyut dan bergerak naik-turun dalam klip animasi menohok namun efektif ini.

TRIBULATIONS: LCD SOUNDSYSTEM
USA | 4:07 | 2005
DIRECTOR: DOUGAL WILSON
James Murphy dari LCD menjalani petualangan nekat saat berjalan melewati serangkaian lingkungan yang saling terhubung, berselang-seling antara proyeksi 8mm dan dunia materi yang nyata.

THE JOKER: FATBOY SLIM
USA | 3:32 | 2004
DIRECTOR: JON WATTS
Steve Miller mungkin tidak setuju, tetapi video yang begitu lucu sampai hampir memuakkan ini menampilkan seekor anak kucing berbulu lembut berperan sebagai “midnight joker”. Si kucing melakukan perjalanan penuh bahaya menuju metropolis bangsa kucing, untuk mencari musik, bahaya, dan kegairahan.

==

4. BY DESIGN
Survey tahunan kami terhadap motion graphic, pencitraan komputer, teknik animasi inovatif serta desain penyiaran terbaik dan terkini kembali diselenggarakan untuk keenam kalinya. Dalam kesempatan ini, program kami meliputi berbagai tingkat ketelitian, baik tinggi dan rendah; menemukan inspirasi yang begitu beragam dari jam kukuk hingga sepak bola; sembari menggunakan kisaran teknik yang luas, dari CGI bernilai seni tinggi hingga animasi stop-motion yang seluruhnya terdiri dari Post-It notes. Ada karya-karya baru yang menawan dari dua anggota 2006 RES 10—pesulap multidisipliner Tokyo, Takagi Masakatsu, menawarkan pameran kemampuan dalam “Bloomy Girls” yang puitis, sedangkan para pahlawan AS Impactist menyajikan sebuah petualangan mistis berjudul Ranch. Sementara, dua pakar visual dan kolaborator langganan RESFEST kembali lagi: Ben Stokes melakukan pemutaran world premiere karya homage-nya terhadap pembuatan film, Dub Projector. Demikian pula Graham Woods dengan video menghipnotis dan membangkitkan kenangan, untuk lagu “Jesse” karya Scott Walker.

Jadwal pemutaran:
Arsitektur ITB, 27 Maret 2007, Pk. 18:20 - 19:25 (waktu masih dapat berubah)
FSRD Unpas, 29 Maret 2007, Pk. 12:25 - 13:30
Common Room, 30 Maret 2007, Pk. 15:15 - 16:20

BENDITO MACHINE
SPAIN | 4:45 | 2006
DIRECTOR/ANIMATOR/SOUND DESIGNER: JOSSIE MALIS
Memakai animasi Flash bergaya siluet yang mengingatkan kita pada lukisan gua, Bendito Machine berkisah tentang dua desa di lereng bukit yang saling bermusuhan. Di puncak bukit, sebuah mesin mirip dewa memberikan berkah bagi kedua desa. Tak lama kemudian, desa yang tamak berencana menghancurkan desa lainnya dan menikmati sendiri semua kekayaan itu. Tapi berapa lama kemakmuran mereka akan bertahan?

MR. BEER: HIFANA
JAPAN | 1:30 | 2005
DIRECTOR: YOSHIKAZU TAKANO
Hifana dikabarkan sangat menyukai bir, dan dalam karya motion graphic mereka yang warna-warni, duo asal Tokyo ini menyajikan katalog virtual tentang berbagai cara menikmati bir dingin ala para pecinta bir. Cara bersendawanya juga.

JESSE: SCOTT WALKER
UK | 6:24 | 2006
DIRECTOR: GRAHAM WOOD
Untuk Scott Walker, penyanyi sentimental veteran asal Inggris yang merupakan kembaran hidup Elvis, Graham Wood menghasilkan video kaleideskopik yang sama menggetarkannya. Ia mencampuradukkan pola-pola Victorian dengan ikonografi grafis masakini (lambang toilet laki-laki dan perempuan, sebuah salib), sehingga menghasilkan pengalaman yang unik dan menggugah.

90 DEGREES
FRANCE | 8:37 | 2005
DIRECTORS: FRANÇOIS ROISIN, RAPHAËL MARTINEZ-BACHEL, JULES JANAUD
Karya eksperimental pemenang penghargaan ini diciptakan di sekolah animasi Perancis, Supinfocom, oleh sekelompok animator Mill. Warna kelabu gelap dan biru cerah digunakan untuk merepresentasikan pembuatan wujud manusia yang diikuti dengan deformasi bentuk, setiap kali mengambil sudut gambar 90 derajat.

MACHINE
JAPAN | 1:56 | 2006
DIRECTOR/ANIMATOR/SOUND DESIGNER: YU FUJII
Sebuah mesin industri dapat berbuat sangat banyak, seperti dalam video desain yang riang dan agak seram ini. Sejumlah besar robot mirip laba-laba dan kera berlompatan, menari serta menandak-nandak, menghasilkan simfoni techno yang cepat dan menghentak.

RANCH
US | 1:00 | 2005
DIRECTOR/COMPOSER: IMPACTIST (DANIEL ELWING, KELLY MEADOR)
Kegemaran Impactist, duo ahli motion graphics asal Portland serta anggota 2006 RES 10, dalam menggunakan teknik out-of-computer tergambar jelas dalam karya mereka. Video singkat ini dibuat tahun lalu untuk ekshibisi Toronto bagi World Wildlife Fund, menampilkan buku-buku yang berterbangan berubah menjadi burung dalam perjalanan kapal ajaib di sebuah perairan mistis.

DUB PROJECTOR
US | 3:46 | 2006
DIRECTOR: BEN STOKES
Ben Stokes, sutradara kesayangan berbagai festival, menghidupkan pita seluloid tua—penuh gambar orang yang memproyesikan pita seluloid tua—dalam syair tentang kecintaannya pada proyeksi film, menggoncang melalui irama drum yang berat.

BORDERLINE
UK | 4:00 | 2005
DIRECTOR/PRODUCER/EDITOR/EFFECTS: ALEX CHANDON
MUSIC: THE DARK POETS
Menggunakan segala cara inversi dan refraksi, sutradara Alex Chadon menampilkan potret surealis kota London yang kehilangan gaya gravitasi untuk menghasilkan pemandangan kota science-fiction dalam khayalan.

PIXSALE
ARGENTINA | 2006 | 1:21
DIRECTOR: GAZZ
Sutradara asal Argentina, Antonio Balseiro dan Agustin Orol, anggota kelompok animasi Mefis.to dari Buenos Aires, menciptakan robot penari dari Post-It notes kuning dengan metode stop-motion.

HYPERARCHI
AUSTRALIA | 2005 | 3:13
DIRECTOR: JIMMY I-HSIU YUAN
Menjelajahi apa yang disebut “konsep arsitektur likuid (dinamis, mengalir)” oleh para sutradara, Hyperarchi memadukan pemandangan terdekonstruksi atas sebuah satelit ruang angkasa dengan grafis dekoratif yang mengalir.

THE BLOCKS
KOREA | 2005 | 2:24
DIRECTOR: MIRI SHIN
Karya sederhana dan tajam dari sutradara asal Seoul Miri Shin. Berkomentar tentang ketegangan yang sudah menjadi sifat dunia game maupun dunia nyata, dengan menggunakan wanita bugil yang berpose sebagai kepingan-kepingan puzzle dalam Tetris versi brutal. Saat keeping puzzle memenuhi layar, Anda kalah!

POESIA URBANA
BRAZIL | 2005 | 1:36
DIRECTORS/ANIMATORS: MARCOS VAZ, ANDRE CAMEIRO
Sebuah kotak sederhana mengandung banyak foto kota, berselang-seling antara arsitektur dan bebungaan, dalam video seni berteknik kolase yang sangat dekoratif ini.

KOPENFENSTER
US | 2006 | 2:59
DIRECTOR/ANIMATOR: MICHAEL TAVAREZ
MUSIC: APHEX TWIN
Terinspirasi dari tipografi Philipp von Rhoden, Kopenfenster menggunakan bentuk-bentuk sederhana yang bersinar seperti neon untuk mengeksplorasi proses penguraian dan regenerasi, dari tingkatan molekuler manusia meluas hingga ke seluruh kosmos.

KU KU
LITHUANIA | 2005 | 1:22
DIRECTOR: RIMANTAS LUKAVICIUS
Setelah menyajikan renungan berbobot terhadap keindahan pahatan ngarai kelabu kuno, Ku Ku menyampaikan kalimat puncak yang tak terduga.

JED’S OTHER POEM (BEAUTIFUL GROUND): GRANDADDY
US | 2006 | 2:55
DIRECTOR: STEWART SMITH
Seniman media Stewart Smith berinisiatif memprogram video untuk lagu karya Grandaddy’s 2000, “Jed’s Other Poem”, dengan komputernya yang pertama—1979 Apple II Plus dengan RAM hanya 48K. Lirik lagu tersebut bermunculan pada layar hijau-di-atas-hitam yang sangat kita akrabi, kadangkala berubah dari barisan kata-kata menjadi bentuk dasar, sebelum kamera ditarik mundur di akhir lagu dan memunculkan basis kode Smith.

TO REVOLUTION AND BACK: ON
NETHERLANDS | 2005 | 2:46
DIRECTOR: ONESIZE
Penuh dengan petanda buntu dan logika berkelindan khas dunia mimpi, montase video suasana yang luar biasa aneh dan indah ini menggabung unsur-unsur alam dengan sistem komunikasi manusia dalam cara-cara yang misterius dan kreatif, menunjukkan bagaimana motion graphic terbaik dapat menihilkan hukum fisika dan membuka sudut-sudut otak yang tersembunyi.

BLOOMY GIRLS
JAPAN | 2005 | 5:37
DIRECTOR/COMPOSER: TAKAGI MASAKATSU
Lukisan video terbaru dari Takagi Masakatsu, alumni 2006 RES 10, mengesankan cat minyak yang bercampur sendiri di atas palet. Kadangkala tampak wajah-wajah samar perempuan dalam gelombang warna dan tekstur, membawa keindahan misterius seperti permukaan danau.

PALE BLUE EYES
SPAIN | 2005 | 2:53
DIRECTOR: LOPE SERRANO
MUSIC: AIR
Pale Blue Eyes adalah telaah penuh cinta atas adegan tunggal dalam karya klasik Terrence Mallick Badlands (1973), saat aktris Sissy Spacek memutar-mutar tongkat mayoret di jalanan. Dengan trik-trik rotoscoping* dan Photoshop, sutradara Lope Serrano mendobrak rangkaian menjadi seni yang menampilkan generasi muda yang lugu dan penuh semangat.

*Rotoscoping = teknik animasi menggunakan alat bernama rotoscope. Rotoscope memproyeksikan frame tunggal dari film gerak nyata (misalnya gerakan orang berlari) ke permukaan gambar, sehingga seniman dapat menyalinnya ke lembaran kertas atau seluloid. Salinan ini dapat difoto kembali untuk membuat animasi bergerak (sumber: Encarta)

BLISSFUL
US | 2006 | 0:35
DIRECTOR: LEFTCHANNEL
MUSIC: FANTÔMAS
Karya motion graphic bergaya siluet ini dieksekusi dengan brilian dan kaya akan detail. Leftchannel dari Ohio mengemas sebuah kisah kejatuhan yang selevel dengan Dante menjadi karya berdurasi kurang dari 1 menit.

PARK FOOT BALL
UK | 2006 | 2:15
DIRECTOR/DESIGNER/ANIMATOR: GRANT ORCHARD
Sutradara Grant Orchard menggunakan citra grafis sederhana untuk memotret sebuah permainan tunggal—dengan komikal memadatkan suasana dan emosi seluruh pertandingan Minggu sore di taman menjadi pertandingan terpendek yang pernah dimainkan.

==

5. SHORTS ONE: STATE OF THE ART
State of the Art, pertunjukan karya pendek usungan RESFEST, mencampurkan aksi live, animasi, motion graphic dan dokumenter. Seperti biasa, kesan internasional sangat terasa dalam koleksi ini, dengan film-film dari Afrika Selatan dan Spanyol, Inggris dan Korea, Belanda dan AS. Sebagai tambahan atas opera megah The Tale of How karya pendatang baru The Black Heart Gang, program ini menampilkan karya menohok dari para kreator yang telah akrab di kalangan penonton RESFEST, termasuk Run Wrake, PES dan Chris Shepherd, plus tiga world premiere dari para alumnus festival—0.08 dari John Kramer, profil muram bocah laki-laki Spanyol yang hampir buta; Food Fight karya Stefan Nadelman, ulasan wisata kuliner yang dipadu dengan sejarah perang; serta kisah thriller konseptual dari maestro RND# Richard Fenwick, The Box.

Jadwal pemutaran:
Kineruku, 26 Maret 2007, Pk. 15:00 - 16:20

THE TALE OF HOW
SOUTH AFRICA | 4:27 | 2006
DIRECTED BY: THE BLACKHEART GANG
Fantasi CGI yang penuh ornamen menawan dan mirip opera ini mengambil tempat di Samudera Hindia. “Burung piranha” hidup di atas punggung seekor gurita raksasa, yang memakan mereka saat sedang lapar. Terancam kepunahan, burung-burung itu mengirimkan pesan dalam botol lewat laut. Seekor tikus putih bernama Eddie menjawab panggilan mereka dan pergi ke pulau dengan membawa rencana pelarian—namun berhasilkah rencana tersebut?

RABBIT
UK | 8:30 | 2006
DIRECTOR: RUN WRAKE
Sutradara Run Wrake mengisahkan cerita fantasi bernuansa gelap tentang hilangnya keluguan dan keadilan acak dari alam, menggunakan citra-citra pendidik yang dipinjam dari masa kanak dekade ’50-an. Saat dua bersaudara menemukan sebuah jimat berkekuatan luar biasa dalam perut seekor kelinci, mereka memperoleh kekayaan besar—namun apa bayarannya?

I AM (NOT) VAN GOGH
USA | 5:00 | 2005
DIRECTOR/SCREENWRITER/ANIMATOR/CINEMATOGRAPHER/PRODUCER: DAVID RUSSO
Seorang artis canggung mengusulkan satu produksi film pada panelis festival seni publik yang kebingungan. Sebuah kisah nyata, diputar berkali-kali, awalnya dimaksudkan sebagai instalasi seni spesifik-lokasi untuk festival Bumbershoot di Seattle.

A PERFECT RED SNAPPER DISH
KOREA | 9:10 | 2005
DIRECTOR/SCREENWRITER/COMPOSER: HONG-JIN NA
Dalam komedi gelap ini, seorang koki yang penuh semangat sama sekali tidak memiliki kecerdasan kuliner. Namun hal tersebut tidak berhasil menghalangi usahanya memasak sepiring hidangan kakap merah yang sempurna.

FOOD FIGHT
US | 5:30 | 2006
DIRECTOR: STEFAN NADELMAN
Food Fight mengisahkan sejarah singkat perang, mulai dari Perang Dunia II hingga sekarang. Makanan digunakan sebagai perlambang dari negara-negara yang berkonflik, dari sushi gulung, ikan dan keripik, sampai hamburger dan kentang goreng. Saksikan bagaimana santapan ini menyerang untuk menguasai dunia, sebuah agresi di meja buffet dalam kronologi yang disusun-ulang.

THE BOX
UK | 8:00 | 2006
WRITER/DIRECTOR: RICHARD FENWICK
Berpola seperti The Outer Limits dan film horor Jepang masa kini, The Box merupakan kisah suspense yang menyeramkan. Realitas keseharian dilebih-lebihkan dengan cara yang tak terpahami. Seorang perempuan pulang bekerja dan melakukan kegiatan biasa—merokok, menuang segelas anggur, menyalakan TV. Namun batasan antara dunia si perempuan dengan dunia dalam televisinya segera mengabur dan tercampur-baur.

SILENCE IS GOLDEN
UK | 14:30 | 2006
DIRECTOR/SCREENWRITER: CHRIS SHEPHERD
Pendiri Slinky Pictures, Chris Shepherd, memadukan aksi live dan animasi dalam fabel suram yang menghibur ini. Seorang bocah laki-laki dan ibunya, dengan perlahan tapi pasti, dibuat sinting oleh tetangga gila yang tak mau berhenti memukuli tembok.

0.08
NETHERLANDS | 11:13 | 2006
DIRECTOR/SCREENWRITER: JOHAN KRAMER
Dokumenter indah ini merupakan potret ramah kehidupan Victor, bocah laki-laki 12 tahun, tinggal di Spanyol. Seperti kebanyakan bocah laki-laki seumurnya, Victor menyukai pantai, marshmallow dan sepak bola. Yang berbeda adalah, kemampuan penglihatan Victor hanya 0.08%, sehingga ia hampir buta.

FOG (NIEBLA)
SPAIN | 7:47 | 2006
DIRECTOR: EMILIO RAMOS
Animasi kisah peri yang elegan dari Spanyol, tentang seorang laki-laki tua yang tinggal di desa miskin yang diselimuti kabut abadi. Mengisahkan kenangan puitis tentang suatu masa, saat berkah tak terduga berupa domba-domba turun dari langit, dalam sekejap mengubah nasib kota tersebut.

TEN THOUSAND PICTURES OF YOU
UK | 2:56 | 2006
DIRECTOR/ANIMATOR/SCREENWRITER: ROBIN KING
Karya pertama sutradara Robin King ini menawarkan animasi meditasi surealis tentang kekuatan penghancur dari kisah cinta yang berakhir buruk. Menggiring kita ke perjalanan jungkir-balik memasuki pikiran rapuh seorang gadis patah hati, saat merencanakan balas dendam terhadap bintang film yang menolak cintanya.

GAME OVER
US | 1:30 | 2006
DIRECTOR: PES
Termotivasi hasrat merakit ulang benda elektronik secara manual, alkemis stop-motion PES melakukan reka ulang lima permainan klasik dengan menggunakan makanan dan alat rumah tangga. Dalam Space Invaders, para penyerang adalah kumbang plastik; dalam Pac-Man, tokoh kuning pemakan titik tersebut berubah menjadi pizza yang diambil satu potongannya. Membawa kita ke perjalanan semi nostalgia menuju tempat yang disebut sang sutradara sebagai “zona hangat dan lembut, tempat seni bertemu dengan hiburan”.

==

6. NEW ORDER: EARLY YEARS
Jauh sebelum video musik dikenal sebagai forum yang giat untuk inovasi visual, bahkan sebelum kolaborasi pertama Peter Gabriel dan Stephen Johnson, New Order, pionir dalam dance music, telah menghilangkan batasan medium. Video-video lagu mereka, pertengahan dan akhir ‘80-an, disutradarai sutradara seperti Jonathan Demme, Robert Longo dan William Wegman termasuk yang pertama kali menampilkan potensi video musik lebih sebagai karya seni ketimbang sekadar alat promosi. DVD terbaru New Order, berjudul Item, berisi videografi lengkap mereka plus expanded version dari Neworder Story, dokumentasi band yang pertama kali dirilis tahun 1994. Sebagai penghormatan, RESFEST dengan bangga menampilkan pemutaran spesial dari video musik New Order, termasuk dua video baru dari lagu klasiknya “Temptation” dan “Ceremony”.

Jadwal Pemutaran:
Common Room, 30 Maret 2007, Pk. 16:20 - selesai

==

7. BANDUNG DIGITIZED (Programmed by VideoBabes)
Program ini menyoroti karya-karya lokal Bandung yang dibuat dengan medium digital dalam kurun tiga tahun terakhir. Berbeda dengan program internasional Resfest, karya-karya dalam Bandung Digitized berdurasi sangat pendek. Dari 11 karya terseleksi, hanya 4 karya berdurasi lebih dari 3 menit, dan sisanya berkisar di satu menit. Meski semua karya dapat dipandang utuh, namun tampak pula beberapa karya muncul lebih sebagai segmen-segmen ketimbang bentuk cerita lengkap. Eksplorasi bentuk yang kaya, kental ciri khas Bandung, secara tidak langsung berhubungan dengan kenyataan bahwa kebanyakan karya muncul lebih sebagai ekspresi permainan bentuk yang berasal dari tema-tema sederhana. Hal ini berkaitan erat dengan latar belakang para pembuat yang hampir seluruhnya berbasis seni rupa atau komunikasi visual. Terlepas dari gaya penceritaan yang minimal, kekuatan karya-karya dalam program ini justru terletak pada kesederhanaan tema yang mendekatkan para penontonnya dengan kehidupan sehari-hari. Kejutan-kejutan estetis maupun emosional pun muncul ketika tema sederhana diolah secara maksimal. Semua orang bisa saja mengangkat kamera digital dan menangkap momen dalam bentuk visual, namun tidadk semudah itu lahir karya video berkualitas. Program Bandung Digitized menunjukkan bahwa suatu karya video hanya dapat berdiri utuh jika bentuk dan isi bersanding sejajar saling melengkapi.

Jadwal Pemutaran:
Arsitektur ITB, Selasa 27 Maret 2007, Pk. 16:30 - 17:00 (waktu masih dapat berubah)
Unpad Jatinangor, Rabu 28 Maret 2007, Pk. 10:00 - 10:35
ITB D4 Animasi, Rabu 28 Maret 2007, Pk. 13:00 - 13:35
Unpas FSRD, Kamis 29 Maret 2007, Pk. 10:00 - 10:30

SUPER DIGITALOSER
01:30 | DIR: YUSUF ISMAIL | 2005
Ungkapan kecemasan sang pembuat terhadap budaya digital dan produksi/konsumsi massal yang identik dengan sistem kapitalis. Dalam bentuk game Super Mario Bros dan gaya pixelated, dikisahkan bagaimana si karakter menjalankan misinya mencari monster digital.

WHEN
01:48 | DIR: YUDI SUHAIRI | 2005
Mengisahkan bumi yang menguji penghuninya melalui bencana alam tsunami. Tragedi yang menyisakan mimpi buruk itu menyadarkan kita bahwa kedudukan alam jauh lebih superior, dan bahwa ada kekuasaan yang jauh lebih tinggi di atas kehendak manusia. Kadang, kita hanya bisa berusaha untuk lupa.

BONNIE AND CLYDE
03:43 | DIR: IRINE STEPHANIE | 2007
Karya animasi yang diadaptasi dari kisah legenda Bonny and Clyde ini menceritakan bagaimana Bonny dan Clyde kecil berpetualang merampok barang milik orang lain dan menyakiti teman-temannya. Medium animasi sengaja dipakai untuk mengkritisi budaya masyarakat sekarang yang begitu pasrah dikontrol oleh komputer.

EAT!
01:05 | DIR: PRILLA TANIA | 2004
Berawal dari kegiatan biologis, 'makan' sebagai salah satu budaya tertua manusia kini telah menjadi gaya hidup modern.

MELANCHOLIA
03:24 | DIR: RANI RAVENINA | 2004
Sesuai dengan judulnya, karya video musik ini menggambarkan kesenduan atas kenangan perjalanan pertemuan sesaat dua orang sahabat.

JACKIE VS CHAN
01:37 | DIR: IRINE STEPHANIE | 2006
Menggambarkan kegelisahan sang pembuat terhadap pengaruh video games pada kehidupan anak-anak masa kini yang membuat mereka seringkali menirukan aksi tokoh-tokoh permainan digital tersebut dalam kehidupan nyata. Dalam karya yang menggabungkan animasi dan moving images ini dua tokoh yang sama bertarung, membuat rancu arti kemenangan maupun kekalahan di akhir cerita.

LOVER BOY
01:18 | DIR: YUSUF ISMAIL | 2004
Mengisahkan pencarian identitas si pembuat, bagaimana ia harus mengambil keputusan dalam bentuk wajah yang berbeda-beda, namun selalu berujung pada jati dirinya. Video ini menggunakan bentuk stop motion, yaitu pengambilan foto secara berurutan yang kemudian digabung dalam bentuk animasi sederhana.

ME VS THE ANGKOTS
05:33 | DIR: RIZKI R. UTAMA (oQ) | 2006
Hidup adalah perjuangan di mana pada akhirnya setiap individu dengan tuntutan dan bebannya masing-masing harus berjuang 'lebih' untuk memperjuangkan kepentingannya masing-masing. Nakal, individualistis, semena-mena, kompetisi tidak sehat, seringkali tampak sangat ramah dalam wajah urban. Video ini menceritakan kesemrawutan lalu lintas dalam 'perlombaan' pemenuhan kepentingan atau kebutuhan para penggunanya. Sebuah 'kompetisi' kecil dengan melibatkan Angkutan Umum (Angkot) sebagai 'Raja Jalanan' dan saya sebagai 'Saya'.

OMNIVORE #1
03:00 | DIR: BANUNG GRAHITA | 2005
Ketika manusia tergantung pada teknologi dan teknologi pada bahan bakar, apa yang akan terjadi pada kehidupan manusia jika suatu saat energi bumi habis dieksploitasi?

BEAUTIFALL
05:00 | MUHAMMAD AKBAR | 2004
Kebingungan di ambang batas keputusasaan, tak tahu harus berbuat apa, hanya diam, menikmati dinginnnya keindahan dari kesedihan, kesendirian, kehampaan.

LOST AND FOUND
01:40 | DIR: FEBIE BABYROSE | 2006
Seorang perempuan yang sedang mencari balonnya. Diperankan sendiri, video ini menganalogikan rasa kehilangan dan kerinduan si pembuat terhadap almarhum ayahnya.

==

"Resfest 2006 goes to Bandung" powered by
Resfest, and:

Kineruku @ Rumah Buku

Jl. Hegarmanah 52
Bandung
(022)2039615

Common Room

Jl. Kyai Gede Utama 8
Bandung
(022)2503404

Wednesday, July 05, 2006

Wajah-wajah Hafiz

kineruku Special Film Screening / Sabtu, 8 Juli 2006, 15:00 WIB / GRATIS.



Hafiz adalah lulusan Seni Rupa IKJ yang juga pendiri Forum Lenteng dan ruangrupa, grup seniman terkemuka di Jakarta. Selain banyak membuat film-film pendek dokumenter untuk lembaga-lembaga nirlaba di Indonesia Hafiz juga seringkali terlibat dalam proyek internasional dengan filmmaker-filmmaker luar. Karya yang dibuatnya sendiri maupun bersama dengan Forum Lenteng sudah melanglang-buana ke seluruh dunia, salah satunya adalah film Alam Syuhada yang tidak lama lalu berhasil masuk ke program kompetisi di Oberhausen International Short Film Festival, Belanda. Dalam acara Kineruku Special Film Screening, kami mengundang Hafiz untuk datang, mempresentasikan, dan mendiskusikan 5 buah filmnya.

1. FACT, 4 menit, 2003
Moment tak terduga saat tenaga dikuras untuk bergerak.

2. FACADE 5A, 8 menit, 2004
A Videopoem project. Merupakan rekaman keseharian. Sebuah penolakan terhadap waktu, durasi dan fakta.

3. The Oldmen's Club, 10 menit, 2004
Sebuah eksperimentasi tentang ide kolonialisasi dalam video dan performance.

4. Alam: Syuhada, 9 menit, 2005
Dokumeter profil Alam yang ingin merubah nasib untuk tinggal di Jakarta.

5. Seruang Bersama Batu, 5 menit, 2006
Dokumenter. Hanya sebuah peristiwa di Jakarta. Bergerak, energi dan penghancuran.

Thursday, June 15, 2006

June 2006 Monthly Screening: The Disappearance of Antonioni



Di sebuah pulau, satu rombongan mencari teman perempuannya yang mendadak hilang. Tanpa sadar, mereka pun sirna ditelan upaya pencarian tersebut. Di taman luas yang sepi, sebuah pembunuhan terjadi. Tak hanya mayat yang kemudian hilang, namun juga segala bukti bahwa peristiwa itu pernah terjadi. Di gurun yang asing, seorang pria tiba-tiba mati. Tubuhnya dilenyapkan, lalu identitasnya digunakan untuk menciptakan identitas baru seorang lainnya.

Peristiwa ”menghilang” nyaris selalu hadir di karya-karya Michelangelo Antonioni. Sutradara besar asal Italia kelahiran tahun 1912 ini dianggap salah satu yang paling berpengaruh dalam sejarah estetika sinema dunia. Perasaan yang distimulasi oleh keindahan gambar film-film Antonioni tidaklah jauh berbeda dengan perasaan yang selalu dialami oleh para karakternya: misterius, dan tak terungkapkan. Rasa teralienasi, nuansa kehilangan di dunia yang terasing, mendominasi karya-karyanya. Kejeniusannya meredefinisi konsep film naratif, menantang pakem konvensional tentang penuturan, realisme, drama, dan konsep kehidupan manusia secara keseluruhan. Serupa puzzle yang disusun dari kepingan problematis manusia, film-film Antonioni adalah sebentuk kontemplasi visual: bahwa komposisi gambar puitis yang sarat makna lebih diutamakan ketimbang penceritaan gamblang dan perkembangan karakter yang jelas. Diselimuti atmosfer ketidakstabilan dan kegoyahan dalam film-filmnya, pada dunia Antonioni, satu pertanyaan dilontarkan bukan untuk dijawab, tapi diuapkan menjadi gelembung-gelembung pertanyaan lainnya.

kineruku, pada pemutaran bulanan kali ini, mengangkat tiga film Antonioni yang dinilai penting, yakni L’Avventura (1960), Blow-Up (1966), dan The Passenger (1975). Semuanya mengangkat tema-tema seputar kehilangan yang layak kita renungkan. Ironisnya, setelah Antonioni menerima penghargaan Oscar untuk Life Time Achievement Award, pada tahun 1996 piala itu pun raib dicuri dari apartemennya. Bisa jadi dia pun kemudian berpikir: apakah segala yang hilang, patut ditemukan kembali?

Selamat menemukan jawabannya.

Film Programer kineruku
Ariani Darmawan, Budi Warsito, Tumpal Tampubolon

Jadwal Pemutaran:
Sabtu, 17 Juni 2006, pukul 15.00 WIB: L'Avventura
Sabtu, 24 Juni 2006, pukul 15.00 WIB: Blow Up
Sabtu, 1 Juli 2006, pukul 15.00 WIB: The Passenger
====

l'avventura
[The Adventure. Michelangelo Antonioni, Italy, 1960. Black and White, 143 min, Italian with English subtitles.]

Mei 1960, Festival Film Cannes. Ruangan yang gelap dan pendaran layar putih mengiringi kasak-kusuk penonton yang tak henti mencemooh film di hadapan mereka. Entah apa yang berkecamuk di dada Michelangelo Antonioni di malam pemutaran perdana L'Avventura, karya filmnya yang kelima.

Ketika menonton The Adventure (begitu kira-kira terjemahan langsung judul film ini dalam bahasa Inggris), penonton mungkin berharap menyaksikan sebuah film aksi yang menguras adrenalin, lengkap dengan adu jotos dan baku tembak. Alih-alih mereka disuguhkan oleh cerita eksistensialis perjalanan rombongan muda-mudi borjuis asal Roma yang sedang berpelesir ke perairan Sisilia. Di tengah jalan, Anna, salah seorang peserta rombongan, bertengkar hebat dengan kekasihnya dan memisahkan diri dengan maksud menenangkan pikiran. Tanpa alasan yang jelas, ia pun lenyap tanpa bekas. Di sepanjang film kita disuguhkan kisah pencarian Anna oleh Sandro dan Claudia (teman baik Anna) yang saling merengkuh dalam keputusasaan dan keterasingan mereka. Keruan saja para penonton yang datang dengan harapan akan terhibur, merasa resah. Entah disengaja atau tidak, film ini memang membuat penontonnya merasa hampa dan depresi.

Esok harinya, segerombolan orang yang menamakan dirinya Kritikus Film, mengeluarkan surat kecaman yang ditujukan bagi para penonton. Mereka beranggapan bahwa massa adalah makhluk-makhluk bodoh berselera rendah, yang kerap keliru membedakan emas dan sampah. Berbeda dari mereka, para kritikus memuji L'Avventura setinggi langit dan menyebutnya sebagai tonggak sinema modern(is), menganugerahkannya Grand Jury Prize Cannes, dan mengukir film tersebut di jejeran box office dunia tahun itu.

Lepas dari kontroversi, L'Avventura memang layak dipuji karena keberhasilannya mengangkat tema tubuh yang hilang menjadi gambaran yang erotis. Antonioni dengan selera humornya yang aneh dan ‘trademark’ sorotan-sorotan ruang kosongnya berhasil menghantui perasaan penontonnya, yang diam-diam seakan turut melenyapkan diri dari muka bumi.

Terdengar menakutkan? Simak saja kata-kata Lucretius yang dikutip Antonioni ketika ia menjelaskan L'Avventura: "Nothing appears as it should in a world where nothing is certain. The only thing certain is the existence of a secret violence that makes everything uncertain." [TT]

Sabtu, 17 Juni 2006 / Pk. 15.00 / GRATIS / kineruku @ Rumah Buku, Bandung.

* * *

blow up
[Michelangelo Antonioni, UK, 1966. Color, 111 min, English.]

Di tepi taman luas nan sepi, seorang fotografer muda berambut kusut dengan sorot mata nyalang, melangkah gontai tanpa tujuan. Nun jauh di tengah sana, sepasang lelaki dan perempuan tampak bermesraan, dikepung rumput hijau terhampar: begitu syahdu, begitu damai. Naluri fotografisnya segera mengatakan itu objek menarik, maka dipotretlah mereka. Merasa privasinya terganggu, sang perempuan berang, lalu mengejar sang fotografer dan berusaha merebut kameranya. Begitu foto itu dicetak dan diperbesar (blow-up) beberapa kali, tercetaklah serangkaian misteri: adakah sebuah pembunuhan telah terjadi? Benarkah ada sesosok mayat tak sengaja terekam di foto itu, dan kenapa? Mengapa kemudian kehilangan demi kehilangan secara beruntun terjadi, termasuk bukti paling penting apakah peristiwa pembunuhan itu ”benar-nyata-adanya” atau ”sekadar-ilusi-belaka”?

Sederet tanda tanya—bisa jadi inilah kenapa film Blow-Up terasa memikat. Sepanjang cerita, tidaklah begitu terang apa yang sebenarnya terjadi. Namun kejeniusan Antonioni menjadikan film peraih Palem Emas di Festival Film Cannes tahun 1967 ini tidak lantas jatuh sebagai cerita misteri murahan. Dengan caranya sendiri, film ini mempertanyakan secara radikal tentang hakikat fotografi. Sekaligus di mana letak perbatasan ”ada” dan ”tiada”. Pertanyaan klise ”adakah sebuah foto bisa dikatakan menangkap realitas, atau dia hanya menciptakan ilusi tentang realitas?” menjadi pantas untuk kembali direnungkan. Layaknya karya fotografi, kekuatan gambarnya terletak pada komposisi yang tampak sangat cermat diperhitungkan. Dengan atmosfer cenderung sepi, menyimak film ini seperti menatap beku serangkaian foto yang penuh makna—dia tidak cerewet dengan kata-kata. Penonton, meski dengan risiko bingung, seolah dibebaskan membuat tafsirnya sendiri.

Seakan menggenapkan kebingungan penonton, luasnya ruang interpretasi juga diterapkan di scene paling legendaris: sekelompok anak muda berperilaku nyentrik, bermain tenis lapangan dengan bola imajiner. Dari ruang editing, mungkin sambil tersenyum penuh arti, Antonioni menambahkan suara pantulan bola, yang terdengar membentur raket dan lantai—seolah “bola” itu memang benar-benar ada. Lengkap sudah, batasan realitas dan ilusi tak lagi jelas di sini. Pada akhirnya, film Blow-Up, sama seperti “seni”, atau bahkan “hidup” itu sendiri: tak dibiarkannya kita berhenti mencari. [BW]

Sabtu, 24 Juni 2006 / Pk. 15.00 / GRATIS / kineruku @ Rumah Buku, Bandung.

* * *

the passenger
[Professione: Reporter. Michelangelo Antonioni, France/Italy/USA/Spain, 1975. Color, 125 min, English.]

Bila aksi kejar-kejaran dan penembakan adalah ciri khas film laga, mungkin film ini termasuk salah satu di antaranya. Tapi jangan berharap mendapatinya dalam dosis yang diluapkan, karena Antonioni adalah makhluk misterius yang selalu berhasil mengajak kita beradrenalin dalam kelambanan. The Passenger—bisa jadi satu-satunya film Antonioni dengan plot dan gaya tutur yang terstruktur jelas– bercerita tentang David Locke (diwatakkan secara cemerlang oleh Jack Nicholson), seorang reporter yang kehilangan arah hidupnya. Ketika berada di Afrika Utara, ia memutuskan bertukar identitas dengan seorang kenalan baru yang ia dapati tergeletak mati di kamar hotel. Jadilah ia mengalmarhumkan identitasnya, dan membangunkan seorang asing dalam tubuhnya. Ternyata, mengubah diri memang tidak semanis cerita-cerita di film atau semudah petunjuk-petunjuk buku pembimbing. Robertson, pria baru dalam tubuh Locke, adalah seorang pemasok senjata bagi kelompok pemberontak. Dalam penyamarannya, Locke diburu sana-sini: mulai dari pihak pemerintah Afrika, mitra bisnis yang tak kunjung menerima pesanan barang, hingga Kedutaan Inggris yang mengatasnamakan istrinya.

Layaknya sebuah catatan perjalanan, Antonioni dengan penataan dan gerak kameranya yang khas membawa kita mengelilingi tempat-tempat eksotis di gurun Afrika, hunian-hunian London, La Sagrada Familia (karya monumental Gaudi di Barcelona), hingga perkampungan sepi Spanyol. Hampir semua pengamat film berpendapat bahwa secara teknis Antonioni mencapai puncak keberhasilannya di film ini. Hal ini dikukuhkan dengan adegan one take selama 7 menit di ujung film, yang disebut-sebut sebagai karya sinematografi paling heroik dan bersejarah dalam dunia sinema: bermula dengan gerak pan kamera di kamar hotel, keluar melewati kisi-kisi jendela, bergerak menuju lapangan luas, dan kembali lagi masuk ke dalam kamar yang sama.

Namun bukan Antonioni namanya jika membiarkan para penontonnya hanya sekadar terpana dan terhanyut oleh keindahan gambar maupun teknis gerak kamera dalam film-filmnya. Lebih dari itu semua, The Passenger menohok kita dengan pertanyaan khas à la eksistensialis: seberapa jauh sebenarnya kita mampu memahami diri kita sendiri? Film ini seakan mendistorsikan pepatah "kenalilah diri sendiri, sebelum kita bisa mengenal orang lain" menjadi "kenalilah orang lain, tapi bukan sekadar demi mengenal diri sendiri". [AD]

Sabtu, 1 Juli 2006 / Pk. 15.00 / GRATIS / kineruku @ Rumah Buku, Bandung.

=====

Sabtu, 8 Juli 2006 / Pk. 15.00 kineruku akan membuka forum film Indonesia pertamanya dengan menyelenggarakan pemutaran dan diskusi film-film pendek Hafiz, seniman video dan filmmaker yang tergabung dalam Forum Lenteng, dengan karya-karyanya telah melanglangbuana di dalam dan luar Indonesia.

=====

kineruku @ Rumah Buku
Jl. Hegarmanah 52
Bandung, 40141
Telp 022-2039615
kineruku@yahoo.com
http://www.anaknagaberanaknaga.info

Monday, May 15, 2006

May 2006 Monthly Screening: DOGME 95: Breaking the New Waves!

Terlepas dari selentingan kabar bahwa Vow of Chasity alias Manifesto DOGME 95 (terlampir di bawah) ditulis Thomas Vinterberg dan Lars von Trier hanya dalam waktu 25 menit diiringi tawa ngawur keduanya, tak dapat dipungkiri gerakan ini telah mewarnai sejarah sinema. Film-film dari seluruh dunia yang telah didaftarkan dalam gerakan DOGME 95—yang berarti dibuat berdasarkan aturan-aturannya—telah mencapai 110 judul, satu bukti gerakan ini ditanggapi secara serius.

Ketika didirikan, DOGME 95 secara jelas memposisikan dirinya melawan gerakan yang telah mapan sebelumnya. ”DOGME 95 adalah sebuah aksi penyelamatan!” Bagi Vinterberg dan von Trier, gerakan New Wave yang bermula di Prancis dengan semboyan “director as an author”—di mana film-film di zaman itu dianggap sebagai “karya lukis orisinal” sutradaranya—telah mati. Mereka menganggap konsep “author” adalah romantisme para intelek-borjuis semata, sehingga gerakan New Wave yang awalnya menjamur sebagai protes anti-borjuasi justru menjelma menjadi gerakan borjuasi.

Lalu dicanangkanlah sebuah gerakan di mana film tidak lagi dianggap sebagai “high art”: video berkualitas rendah pun bisa dijadikan mediumnya. Berhentilah menipu penonton, begitu kira-kira ajakan para pencetus DOGME 95. Berhentilah menyuguhkan ilusi dengan pendandanan berlebihan dalam produksi film: setting, aktor profesional beserta skenario yang terlalu mengekang, kamera yang terlalu canggih beserta alat bantunya yang hanya menghasilkan halusinasi semata.

Hasilnya tentu beragam. Tidak semua menarik dan berkualitas, namun dalam pemutaran bulanan kali ini, Kineruku berusaha menghadirkan contoh-contoh terbaiknya: The Celebration—karya monumental Thomas Vinterberg yang bukan hanya ’melahirkan’ DOGME 95, namun juga telah menjadi tonggak perfilman dunia; The King is Alive—sebuah eksperimentasi cerita menarik dari Kristian Levring; dan Mifune—salah satu film drama DOGME 95 terindah dan terhangat karya Soren Kragh-Jacobsen.

Selamat berpikir ulang tentang arti sinema.

Film Programer kineruku
Ariani Darmawan, Budi Warsito, Tumpal Tampubolon

====

the king is alive
Dogme #4: Kristian Levring, Sweden/Denmark/USA, 2000, 105 min, English/French with English subtitle.

Sebuah bis wisata penuh dengan turis berkulit putih dari Eropa dan Amerika terdampar kehabisan bahan bakar di gurun pasir Afrika. Tanpa makanan dan peralatan komunikasi yang memadai, mereka mencoba bertahan hidup sembari menunggu bala bantuan yang datang entah kapan. Suasana kian keruh ketika friksi-friksi di antara mereka mulai bermunculan. Naluri kebinatangan akhirnya menyeruak di antara mereka yang mencoba bertahan hidup: wisata eksotis yang dulu mereka bayangkan kini berubah menjadi undian kematian. Rasa putus asa yang mendera, pengkhianatan yang menyakitkan, dan juga dehidrasi silih berganti menyerang. Demi mengusir kengerian akan maut yang kian mendekat, mereka memutuskan untuk mengadakan pementasan teater karya Shakespeare, King Lear. Seperti layaknya kisah Lear, mereka pun harus bergulat dengan hasrat dan amarah, juga kebencian dan kesombongan. Dan tentu saja, ditambah bonus setting berupa atmosfer gurun yang ganas.

Sulit membayangkan apa yang terlintas di benak sutradara Kristian Levring ketika dia membuat film yang sarat dengan eksperimentasi plot yang menarik ini. Apapun itu, semoga saja bukan perasaan menyesal telah terlanjur menandatangani Vow of Chasity, sebab lokasi syuting yang tidak bersahabat ditambah berbagai larangan khas DOGME 95 tentu membuat kepalanya pusing tujuh keliling. Tema yang dipilih pun bisa jadi tidak cukup orisinal (bayangkan Robinson Crusoe bertemu dengan Melrose Place), namun penampilan memukau assemble cast seperti Miles Anderson, David Bradley, dan Jennifer Jason Leigh, membuat film ini menjadi sayang untuk dilewatkan. Poin ekstra layak diberikan untuk lanskap-lanskap indah dari sang director of photography Jens Schlosser, terutama jika mengingat bahwa dia merekam gambar-gambar itu hanya dengan handycam dan tanpa bantuan tripod.

Menonton The King is Alive terasa seperti menengok kembali sebuah cinderamata menarik, sebentuk kenangan atas gerakan sinema yang kini hanya sayup-sayup terdengar gaungnya. [TT]

Minggu, 14 Mei 2006 / Pk. 11.00 / GRATIS / Book’s Day Out 5, Common Room Jl. Kyai Gede Utama 8, Bandung.
Jumat, 26 Mei 2006 / GRATIS / Kinoki bukan bioskop bukan coffee shop, Yogyakarta.

* * *

mifune (Mifune Sidste Sang)
Dogme #3: Søren Kragh-Jacobsen, Denmark/Sweden, 1999, 98 min, Danish with English subtitle.

Kehidupan Kresten (diperankan luar biasa oleh Anders Berthelsen), seorang pengusaha muda yang meniti karier cerah di Copenhagen tiba-tiba harus berubah drastis saat ia mendapat kabar kematian ayahnya, sehari setelah hari pernikahannya dengan anak si bos. Malu dengan kemiskinan dan cacat keluarganya, sang istri dilarang ikut serta pulang ke desa tempat dia dibesarkan. Maklum, kakak laki-lakinya adalah seorang idiot yang hidup dalam imajinasinya dengan para alien, dan mendiang ibunya mati secara misterius menggantung diri di tengah hutan. Demi mengatasi kekalangkabutannya, Kresten memasang iklan mencari pembantu rumah tangga, yang segera ditanggapi oleh seorang perempuan cantik jelita. Ketika Liva, demikian nama pembantu yang minggat dari profesinya sebagai pelacur kelas atas tersebut, mengajak adik laki-lakinya turut masuk ke dalam kehidupan mereka di desa, rahasia demi rahasia mulai terbongkar, dan drama penuh kekonyolan pun terjadi.

Tidak seperti para pendahulunya, yakni The Celebration (Thomas Vinterberg) dan The Idiots (Lars von Trier) yang lebih menitikberatkan cerita pada kritik pedas atas kaum borjuasi, Mifune menyuguhkan kisah sederhana yang hangat tanpa harus jatuh ke dalam idiom dramatisasi murahan. Walau Søren Kragh-Jacobsen, sang sutradara yang berpengalaman dalam membuat film anak ini dengan jelas menokohkan para karakternya secara klise—pria plin plan yang bijaksana, pelacur berhati emas, berandalan yang insaf—namun dia berhasil menyorot detail-detail kecil kehidupan dengan pembingkaian gambar dan arahan akting yang luar biasa natural. Kesan alamiah ini tentu dihasilkan dengan batasan-batasan Vow of Chasity, seperti: ”pengambilan gambar harus dilakukan di lokasi dan dengan kejadian (dalam akting) yang sebenar-benarnya”, dan ”kamera harus hand-held”, meski secara teknis Kragh-Jacobsen melakukan sedikit kecurangan dengan penggunaan medium film yang secara visual memberikan efek lebih indah ketimbang medium video seperti film-film DOGME 95 sebelumnya.

Secara konsep dan teknis Mifune memang tidak serevolusioner film-film DOGME 95 pendahulunya, namun cerita hangat dengan penuturan jujur dan ringan membuatnya terlalu bagus untuk dilewatkan oleh siapa pun yang percaya bahwa film, adalah obat ampuh pelipur lara. [AD]

Sabtu, 20 Mei 2006 / Pk. 15.00 / GRATIS / kineruku, Rumah Buku, Bandung.
Kamis, 25 Mei 2006 / GRATIS / Kinoki bukan bioskop bukan coffee shop, Yogyakarta.

* * *

the celebration (Festen)
Dogme #1: Thomas Vintenberg, Denmark/Sweden, 1998, 105 min, Danish/German with English subtitle.

Reuni sebuah keluarga besar bisa mengarah pada dua kemungkinan. Pesta meriah yang cerah ceria, sarat nostalgia dan gelak tawa; atau justru sebaliknya: suasana tak enak yang mengharu biru, cacat masa lalu yang bikin gerah dan para tamu yang tak betah. The Celebration lebih memilih yang kedua. Perayaan ulang tahun ke-60 seorang bapak, yang dihadiri anak, cucu, menantu, dan seluruh kerabat—acara yang harusnya menyenangkan—berubah menjadi jamuan makan malam yang absurd dan penuh kejutan yang benar-benar mengganggu. Ini bukan soal gelas yang tak sengaja pecah di tengah pesta yang khidmat. Bukan juga bocah yang tiba-tiba menangis keras pada saat doa bersama. Ini soal kesaksian menohok dari si anak sulung tentang sang bapak, dan masa lalu yang berusaha disangkal. Kalimat ”every family has a secret...” bisa jadi benar, tapi rahasia sialan macam apa yang pantas dibeberkan di depan seluruh anggota keluarga, justru di tengah makan malam yang seru dan denting gelas anggur yang beradu?

Thomas Vinterberg (sutradara sekaligus salah satu penulisnya) dengan cerdik mengembangkan basis cerita yang berpotensi klise, menjadi sebuah narasi gelap yang sangat hidup, liar, dan meletup-letup. Spontanitas hadir lewat akting natural pemainnya, dan karenanya kejujuran itu terasa dahsyat. Sebagai film pertama DOGME 95 (dan bisa jadi yang terbaik), batasan-batasan dalam Vow of Chasity justru mengoptimalkan kekuatan film ini. Resolusi gambar yang kasar, juga kamera hand-held yang bergoyang-goyang, sukses menggambarkan suasana pesta sesungguhnya—jauh dari cara syuting yang artifisial dan berusaha sempurna. Musik pengiring pesta yang diambil langsung di lokasi, menyusul paras putus asa sang MC yang selalu berusaha tersenyum di tengah kekacauan, benar-benar menambah absurditas suasana. Keresahan menjalar sepanjang film, sekaligus memaksa kita tetap berada di dalamnya. Di tangan Thomas Vinterberg, drama klasik keluarga menemukan format baru yang lebih emosional ketimbang cara penuturan versi Hollywood—atau bahkan ala New Wave sekalipun.

The Celebration jelas bukan sekadar tentang perayaan pesta. Dia lebih merayakan sebuah perlawanan, pemaknaan baru arti sinema. Meski kelak bisa jadi punah juga, setidaknya mereka pernah mencoba. Angkat gelas Anda, dan mari bersulang untuk usaha mereka. [BW]

Sabtu, 27 Mei 2006 / Pk. 15.00 / GRATIS / kineruku, Rumah Buku, Bandung.
Selasa, 23 Mei 2006 / GRATIS / Kinoki bukan bioskop bukan coffee shop, Yogyakarta.

=====

kineruku @ Rumah Buku
Jl. Hegarmanah 52
Bandung, 40141
Telp 022-2039615
kineruku@yahoo.com

======

Pemutaran di Yogyakarta bekerjasama dengan:
Kinoki bukan bioskop bukan coffeeshop
Jl.Tirtodipuran no 2
Yogyakarta
0274-384927
kontak: Elida 08174114573
kinoki.blogdrive.com

* * *

The Vow of Chastity / DOGME 95

1. Shooting must be done on location. Props and sets must not be brought in (if a particular prop is necessary for the story, a location must be chosen where this prop is to be found).

2. The sound must never be produced apart from the images or vice versa. (Music must not be used unless it occurs where the scene is being shot).

3. The camera must be hand-held. Any movement or immobility attainable in the hand is permitted. (The film must not take place where the camera is standing; shooting must take place where the film takes place).

4. The film must be in colour. Special lighting is not acceptable. (If there is too little light for exposure the scene must be cut or a single lamp be attached to the camera).

5. Optical work and filters are forbidden.

6. The film must not contain superficial action. (Murders, weapons, etc. must not occur.)

7. Temporal and geographical alienation are forbidden. (That is to say that the film takes place here and now.)

8. Genre movies are not acceptable.

9. The film format must be Academy 35 mm.

10. The director must not be credited.

Saturday, April 15, 2006

March-Aprl 2006 Monthly Screening: How To Be a Psychopath in 4 Weeks



Genre sinema psychological thriller sejatinya adalah suatu bentuk seni tersendiri, yang terfokus pada ketrampilan mengolah rasa tercekam. Seni itu makin ditinggalkan, ketika film-film dengan label genre tersebut kini justru memberi porsi lebih pada sensasi kengerian yang vulgar: darah muncrat, daging terburai, musik latar yang berlebihan, dan twisted ending yang kian terasa usang.

kineruku, dalam program kali ini, menyajikan beberapa film yang mewakili harta karun dari kekayaan genre tersebut. Film M garapan Fritz Lang adalah film pertama yang mengangkat karakter paedofil sekaligus pembunuh berantai sebagai tokoh utamanya. Psycho, salah satu mahakarya Alfred Hitchcok, merupakan contoh brilian tentang bagaimana cara mengemas film psychological thriller yang baik dan benar. With A Friend Like Harry... adalah lelucon sinis Dominik Moll atas sisi gelap kehidupan seorang psikopat. Michael Haneke, melalui Funny Games, menawarkan pandangan postmodern yang mempertanyakan kembali seluruh kaidah genre tersebut.

Selamat menjadi psikopat di minggu keempat.

Film Programmer kineruku
Ariani Darmawan, Budi Warsito, Tumpal Tampubolon


Jadwal Pemutaran:
Sabtu, 18 Maret 2006, pukul 15.00 WIB: M (Fritz Lang, Germany, 1931)
Sabtu, 25 Maret 2006, pukul 15.00 WIB: With A Friend Like Harry… (Dominik Moll, France, 2000)
Sabtu, 8 April 2006, pukul 15.00 WIB: Psycho (Alfred Hitchcock, USA, 1960)
Sabtu, 15 April 2006, pukul 15.00 WIB: Funny Games (Michael Haneke, Austria, 1997)


m
Fritz Lang, Germany, 1931. Black and White, 118 min, German with English subtitle.

Film ini diangkat dari kisah nyata tentang Peter Kürten, “Vampir dari Dusseldorf”, seorang pembunuh berantai yang meneror kota Dusseldorf, dari Februari 1929 hingga Mei 1930. Kesembilan korbannya adalah perempuan, empat di antaranya anak-anak. Naskah film yang ditulis Fritz Lang dan istrinya, Thea von Harbou, nampaknya memiliki perhatian tersendiri untuk mengingatkan para ibu agar menjaga anak-anak mereka. Dengan embel-embel pesan moral seperti itu, film ini tak lantas jatuh menjadi moralistik. Tangan dingin sang sutradara justru menjadikannya studi menarik tentang paranoia, kemuraman, dan modernitas yang melanda masyarakat Jerman pasca Perang Dunia I. Film bersuara Fritz Lang yang pertama ini sekaligus menandakan comeback-nya ke percaturan sutradara kelas dunia, setelah sebelumnya menyutradarai salah satu film (bisu) terbaik sepanjang masa, Metropolis (1926).

Keberaniannya memadukan gaya Objektivitas Baru alias Die Neue Sachlichkeit (sebuah aliran seni di Jerman tahun 1920-an yang mencoba merepresentasikan realitas seobjektif mungkin) dengan German Expressionism (aliran seni yang berusaha mengkomunikasikan emosi dari sang seniman melalui hiperbola dan distorsi realitas), menjadikan film ini sarat dengan gaya visual dan mood yang unik. Gaya ini kemudian mengilhami ratusan bahkan ribuan film noir yang menjamur di era ’40-an hingga ‘50-an, baik di Hollywood maupun di Eropa. Dan figur Hans Beckert si pembunuh berantai (diperankan dengan sempurna oleh Peter Lorre) menjadi bahan contekan untuk setiap aktor yang akan memerankan seorang psikopat.

Jangan pernah mengaku pencinta film jika Anda belum menonton M, nenek moyang dari semua film bergenre psycho-thriller. [TT]


with a friend like harry…
Harry, un ami qui vous veut du bien — Dominik Moll, France, 2000. Color, 117 min, French with English subtitle.

Kejadian aneh dan menakutkan acapkali muncul justru di saat kita tidak sedang siap menghadapinya. Dan karenanya, terasa begitu mengerikan. Begitu pula yang terjadi pada Michel, tokoh utama dalam film psychological thriller yang sarat dengan humor gelap ini. Di suatu siang perjalanannya menuju vila bobrok peristirahatan keluarga, Michel bertemu Harry, seorang teman lama yang tidak lagi ia kenali. Sebaliknya, Harry ingat benar segalanya tentang Michel, siapa orang tuanya, bekas pacarnya, juga terutama, puisi-puisi yang dulu ia tulis ketika SMA. Sejak saat itu, bagaikan permen karet, Harry pun mengundang dirinya masuk dan menempel di kehidupan Michel beserta istri dan ketiga anak perempuannya. Harry, yang begitu gemar 'menolong', tak tega melihat kehidupan Michel yang dinilainya berantakan. Harry juga berusaha membantu 'sedemikian rupa' agar Michel dapat hidup dengan nyaman. Juga, sesuai dengan obsesi Harry, agar Michel dapat kembali menulis puisi-puisi yang ia kagumi.

With A Friend Like Harry... adalah film tentang obsesi, fantasi dan realitas. Buruknya kehidupan Michel adalah jendela fantasi akan kehidupan yang sempurna bagi Harry. Sedangkan bagi Michel, fantasi telah hilang ditelan oleh beratnya beban seorang kepala keluarga yang harus ia jalani. Walaupun Michel dan Harry hidup dalam dunia yang terpisah, di akhir cerita, kegilaan Harry-lah yang kemudian mengaspal jalan hidup Michel yang berlubang. Dalam hal ini, sutradara Dominik Moll seakan ingin mengatakan kepada kita: bahwa tanpa bantuan sisi gelap, manusia tidak akan pernah bisa mencapai kebahagiaan dirinya.

Film ini menggambarkan betapa hidup adalah realita kegilaan dan absurditas. Adalah misteri bagaimana manusia dapat melaluinya, hari demi hari. [AD]


psycho
Alfred Hitchcock, USA, 1960. Black and White, 108 min, English.

Norman Bates adalah pemuda canggung yang mengelola motel misterius, di sudut antah berantah sebuah kota kecil. Dia seorang penyendiri, dengan hobi aneh mengawetkan burung-burung, dan yang agak keterlaluan: mengintip tamu-tamunya. Hubungan dekatnya dengan sang ibu juga terasa janggal dan berlebihan, yang dalam istilahnya sendiri: “a boy's best friend is his mother.” Alfred Hitchcok, si raja film-film mencekam, memperkenalkan tokoh Norman Bates ke layar lebar, dan sukses menjadikannya ikon legendaris untuk standar istilah “psikopat”.

Diangkat dari novel picisan karya Robert Bloch, film thriller klasik Psycho diproduksi dalam format hitam-putih (karena “terlalu mengerikan jika dibuat berwarna,” kata Hitchcock), dengan kru-kru yang biasa bekerja untuk program televisi, dan biaya produksi yang sangat murah, bahkan untuk standar film saat itu. Namun hasilnya adalah ketegangan kelas tinggi. Dengan intensitas rasa takut yang dijahit tekun dan rapi, ditunjang akting “sakit” yang prima dari pemainnya, Hitchcock seolah hendak menunjukkan tentang bagaimana cara mengemas film psychological thriller dengan baik dan benar. Sang Master bermain-main dengan atmosfer mencekam justru pada level sugestif para penonton. Artinya, tak ada kekerasan grafis yang disajikan dengan sangat vulgar di depan mata. Darah merembes, bukan menyembur. Ada teriakan, tapi jeritannya tertahan. Tak ada musik yang berlebihan, kecuali gesekan biola yang menyayat-nyayat di adegan shower paling terkenal sepanjang sejarah sinema. Scene dan gaya scoring itu kemudian abadi, dan menjadi cetak biru untuk generasi-generasi film thriller berikutnya.

Rasanya, sudah ratusan atau bahkan ribuan review ditulis tentang mahakarya klasik Hitchcock ini. Dan alangkah ketinggalannya Anda, jika belum juga menontonnya. [BW]


funny games
Michael Haneke, Austria, 1997. Color, 108 min, French with English subtitle.

Dalam salah satu karya terbaiknya yang paling kontroversial, Michael Haneke kembali menghadirkan kritik keras atas kehidupan manusia yang serba materialistis. Sosok-sosok pengkritik ini hadir secara gamblang dalam diri dua tokoh utama ‘pembunuh’, yang tanpa belas kasihan dan rasa takut, menyerang rumah-rumah peristirahatan para kaya-raya dan memporakporandakannya secara semena-mena. Dalam film ini dapat kita saksikan betapa rasa takut dan benci para korban yang tak berdaya, bercampuk aduk layaknya segelas kopi manis yang dihidangkan dengan bumbu-bumbu permainan yang sangat ironis dan tidak lucu—meski judulnya adalah Funny Games.

Dengan shot-shot simpel yang realis dan sangat dekat dengan keseharian kita, sutradara Michael Haneke berhasil menebar rasa teror kepada pemirsa dalam kadar ramuan yang cukup untuk membuat kita diam-diam berdoa semoga hal sama tidak terjadi di ruang tengah rumah kita. Pilihannya untuk mengambil gambar–gambar statis, nyaris tanpa musik latar (kecuali di awal film, ketika musik klasik Mozart dan Handel tiba-tiba berubah jadi musik metal bising John Zorn), juga dialog-dialog cerdas tapi dingin dan sarkastik, memaksa penonton terfokus pada derita sang korban, dan mau tak mau kita bersimpati. Tapi rupanya rasa simpati penonton tak berarti apa-apa. Kelihatan sekali Haneke tak punya sedikit pun rasa belas kasihan. Penonton dibuatnya jatuh terpelanting, terinjak-injak, lalu hanyut tak tertolong di tengah lautan depresi: membuat Funny Games terasa begitu menekan dan menghibur di saat yang bersamaan.

Siapkan mental Anda. Dan tanggalkan pengharapan. Karena toh pengharapan hanya akan menghasilkan penyesalan. [AD/BW]

kineruku @ Rumah Buku
Jl. Hegarmanah 52
Bandung, 40141
Ph/F: +62.22.2039615
kineruku@yahoo.com
CP: Budi +62 856 216 5322
Tumpal +62 813 210 13134

Wednesday, February 15, 2006

February 2006 Monthly Screening: Chick Flicks: A Tribute to Women in Pictures



Kebanyakan film Hollywood menempatkan perempuan sebagai karakter dengan formula tertentu: berparas jelita, berpostur ideal, berkulit mulus, dan selalu membutuhkan makhluk bernama laki-laki. Atau dalam formula ekstrem lainnya: berotak encer, berotot kawat, berhati baja, dan mempersetankan laki-laki. Beberapa chick flicks Hollywood menjejali pemirsanya dengan formula tersebut dalam dosis berlebihan, sehingga definisi "perempuan" seolah-olah telah usai dirumuskan.

kineruku, dalam penayangan bulanan kali ini, menghadirkan beberapa film dengan pendekatan yang berbeda dalam memaknai arti kata "perempuan". Dengan tiga variasi pandangan sutradara, kineruku menghadirkan ruang untuk berdiskusi dan memberi "tanda koma" pada perumusan baku definisi tersebut.

Jean-Luc Godard, seorang womanizer, yang mendedikasikan karier sinematisnya pada tema-tema seputar masalah hubungan laki-laki dan perempuan, menyajikan filmnya lebih sebagai "pertanyaan" ketimbang "pernyataan" tentang apa sebenarnya "perempuan". Agnes Varda, sutradara perempuan yang juga aktivis Left Bank di Paris, menjadikan filmnya sebagai pernyataan yang mendobrak stereotip perempuan lemah yang dicitrakan dunia patriarkal. Luc dan Jean-Pierre Dardenne, dua bersaudara yang berlatar belakang film dokumenter, memadukan pengetahuan mereka dengan kaidah fiksi, untuk menggambarkan keresahan seorang perempuan muda dalam memperjuangkan hidup di tengah dunia yang tidak bersahabat.

Selamat memaknai dan merayakan perbedaan.

Film Programmer kineruku
Ariani Darmawan, Budi Warsito, Tumpal Tampubolon


Jadwal Pemutaran:
1. Rosetta (Luc and Jean-Pierre Dardenne, Belgium, 1999) Sabtu, 11 Februari 2006, Pk. 15.00 WIB.
2. Cleo from 5 to 7 (Agnes Varda, France, 1962) Sabtu, 18 Februari 2006, Pk 15.00 WIB.
3. A Woman is a Woman (Jean-Luc Godard, France, 1961) Sabtu, 25 Februari 2006, Pk. 15.00 WIB.

====

rosetta
Luc and Jean-Pierre Dardenne, Belgium, 1999. Color, 95 min, French with English subtitle.

Dibuka dengan adegan menghentak, seorang gadis muda mengamuk di sebuah pabrik ketika mendapati dirinya diberhentikan dari pekerjaanya, Rosetta adalah sinema minimalis tentang perjuangan berat menghadapi hidup yang tak mudah dan dunia yang tak ramah. Terusir dari tempat kerjanya, keadaan tidak menjadi lebih baik ketika Rosetta pulang dan mendapati ibunya, seorang pemabuk kambuhan sedang bermain gila dengan pria yang menyewakan rumah trailer untuk mereka. Hidup sudah sangat memuakkan bagi Rosetta, dan satu-satunya jalan keluar adalah dengan mendapatkan pekerjaan yang layak. Namun pekerjaan itu pun tak kunjung datang. Gerakan kamera hand-held yang mengikuti Rosetta sepanjang film dengan efisien menangkap kegelisahan dan kekalutannya menghadapi penolakan demi penolakan.

Yang menakjubkan dari film ini adalah minimnya dialog, yang justru mampu bercerita secara subtil hanya dengan menggunakan kekuatan gambar—sebuah seni yang nyaris punah di dunia sinema saat ini. Keputusan berani sutradara untuk selalu memakai close-up shot kian menegaskan kekuatan film ini: wajah Rosetta menjadi begitu “telanjang” dan transparan, hingga kita dapat merasakan kecamuk di dalam benak dan batinnya—sebuah paradoks untuk film yang sangat pelit akan informasi tentang tokoh utamanya. Transfer emosi yang kurang lebih sama ketika kita menatap wajah Renée Marie Falconetti di film La Passion de Jeanne d'Arc (1928), sebuah film bisu klasik karya Carl Theodor Dreyer. Mencengangkan sekaligus mengharukan.

Latar belakang film dokumenter dari Dardenne bersaudara memberikan sentuhan unik pada karya film fiksi kedua mereka ini (debut film fiksi mereka, La Promesse di tahun 1996, juga merupakan sebuah potret menyentuh tentang masa muda). Penonton kerap disuguhkan momen-momen “kecil” yang sebenarnya tidak menyokong perkembangan plot sama sekali (jika plot itu memang ada). Seperti ketika Rosetta berusaha meredakan rasa sakit kram perut akibat menstruasi dengan memakai alat pengering rambut, atau “ritual” misteriusnya tiap pulang kerja: memancing di sebuah telaga di tengah hutan. Metode yang mengingatkan kita pada spirit gerakan neorealisme di akhir era 1940-an, sebuah gerakan yang berikrar untuk memotret kehidupan sejujur-jujurnya sebagai lawan dari kecenderungan sinema saat itu, atau bahkan hingga saat ini: eskapisme. Kejujuran ini diganjar dengan anugerah tertinggi Palem Emas di Cannes Film Festival tahun 1999, sekaligus aktris terbaik bagi Emilie Dequenne, yang masih berumur 18 tahun ketika memerankan karakter Rosetta. [TT]


cleo from 5 to 7
Cléo de 5 à 7 — Agnes Varda, France, 1962. Black and White, 90 min, French with English subtitle.

Ketika semua orang mengganggap Jean-Luc Godard, François Truffaut, dan Alain Resnais sebagai dewa-dewa sinema French New Wave, Agnes Varda seakan dilupakan di sudut terpencil kota Paris. Padahal karya-karyanya yang sarat akan komentar sosial memiliki nilai estetis dan ekspresi personal yang tak kalah tinggi dibandingkan sutradara-sutradara French New Wave lainnya. Mungkinkah keterbenaman namanya disebabkan pemikiran-pemikiran feminis yang ia suarakan di dunia yang telah terlanjur didominasi oleh para pria? Cleo From 5 to 7 membuktikan bahwa siapa pun yang tidak menempatkan Varda di jajaran sutradara terpenting dunia, adalah salah.

Film ini mengabadikan 2 jam kehidupan Cleo—seorang penyanyi tenar yang terobsesi dengan kecantikannya—ketika ia menghabiskan waktu untuk menunggu keputusan dokter tentang penyakit yang dideritanya. Dalam kerentanan dan ketakutan Cleo berkeliling mencoba menyaksikan kembali gambaran-gambaran di sekitarnya dengan pandangan baru: sang pacar yang terlalu sibuk dan menganggapnya sebagai riasan belaka, sang sahabat yang berpose sebagai model bagi para pematung dan begitu bangga (namun tidak bahagia) akan keindahan tubuhnya, hingga tentara muda yang memberikannya pandangan baru akan cinta dan kehidupan. Dalam pergantian waktu yang singkat tersebut Cleo mendapati bahwa kehampaan dalam dirinya yang menyakitkan adalah sekaligus penawar penderitaannya. Di akhir cerita ia seakan mencabut kembali kata-kata yang ia ucapkan untuk menghibur dirinya di awal film: "As long as I'm beautiful, I'm alive."

Dalam film berdurasi 90 menit ini, Agnes Varda dengan pandai mengenakan perangkat-perangkat sinema French New Wave—teknik editing jump cuts yang menjadi ciri khas gerakan tersebut, penggunaan voice over juga metode-metode dokumenter lainnya—dan sekaligus dengan berani mendobraknya dengan menampilkan sebuah cerita melodramatis, puitis, dan hampir-hampir romantis. Kamera yang dengan dinamis menggerakkan sudut pandang dari orang pertama, kedua, hingga ketiga menggambarkan kelincahan sekaligus kegelisahan Cleo, yang secara langsung menjadikan film ini sebuah karya personal seorang sutradara perempuan terbesar abad 20. Seperti layaknya sebuah mantel hasil rajutan tangan, film ini memberikan kehangatan dan kepuasan tidak hanya bagi si pembuat, tetapi juga para pengguna dan penikmatnya. [AD]


a woman is a woman
Une femme est une femme — Jean-Luc Godard, France, 1961. Color, 84 min, French with English subtitle.

Di sebuah sudut kota Paris tahun 1960-an, Angela, seorang penari striptease berwajah melankolis, bermimpi bisa tampil di pergelaran musikal yang megah bersama Gene Kelly. Namun ada satu impian sederhana yang lebih mendesak dari segalanya: dia ingin segera hamil dan punya anak. Emile, sang pacar yang tinggal serumah, menolak. Pertengkaran demi pertengkaran terjadi. Sementara Alfred, teman baik mereka berdua, kebetulan juga menaruh hati kepada Angela. Sebuah plot cerita yang sekilas tampak sederhana. Namun di tangan seorang Jean-Luc Godard, semuanya bisa jadi berbeda.

Gerakan sinema French New Wave sedang berada di puncak-puncaknya ketika Godard kembali datang dengan film panjang ketiganya, A Woman is A Woman (1961). Jika di Breathless (1959) Godard menunjukkan kecintaannya pada film-film B-movies Amerika, kali ini ide film musikal menjadi laboratorium barunya. Dimaksudkan sebagai penghormatan kepada film-film musikal Hollywood era 1950-an, film A Woman is A Woman justru berhasil tampil dengan gayanya sendiri yang unik, dan tidak serta-merta musikal. Plot ménage a trois yang simpel—kisah cinta segitiga antara 1 perempuan dan 2 laki-laki, dengan porsi utama pada perempuan—bisa jadi telah dianggap klise dan usang, namun yang menakjubkan adalah usaha Godard dalam mengolahnya menjadi sesuatu yang tidak biasa, baik dari segi cerita maupun bahasa gambar. Eksperimennya yang tak terbatas—bermain-main dengan teknik editing jump cuts, termasuk tiba-tiba memenggal scoring di tengah-tengah adegan, gerakan kamera hand-held, juga panning yang cerdas dan pilihan menambahkan teks di beberapa adegan—menjadikan film ini sebuah sajian visual yang menggetarkan.

Pilihan Godard yang sering mengambil karakter perempuan terpinggirkan—penari striptease di film ini, dan perempuan pelacur di film berikutnya, My Life to Live (1962)—sebagai tokoh utama bisa menjadi perbincangan tersendiri yang terlalu menarik untuk dilewatkan. Dengan film A Woman is A Woman ini, Godard seakan mengajak kita untuk berusaha menyelami pikiran perempuan, yang merupakan sebuah misteri tersendiri baginya. Atau bahkan bagi sebagian besar kita, yang apa boleh buat, hidup di dunia yang masih dipenuhi wacana patriarkal. Seperti ketika pertanyaan "Is it a comedy or a tragedy?" dilontarkan di sebuah adegan, dan salah satu tokohnya menjawab: "With women, we’ll never know…" Seorang perempuan adalah seorang perempuan. [BW]

=====

kineruku @ Rumah Buku
Jl. Hegarmanah 52
Bandung, 40141
Telp 022-2039615
kineruku@yahoo.com
http://www.rumahbuku.info