June 2006 Monthly Screening: The Disappearance of Antonioni
Di sebuah pulau, satu rombongan mencari teman perempuannya yang mendadak hilang. Tanpa sadar, mereka pun sirna ditelan upaya pencarian tersebut. Di taman luas yang sepi, sebuah pembunuhan terjadi. Tak hanya mayat yang kemudian hilang, namun juga segala bukti bahwa peristiwa itu pernah terjadi. Di gurun yang asing, seorang pria tiba-tiba mati. Tubuhnya dilenyapkan, lalu identitasnya digunakan untuk menciptakan identitas baru seorang lainnya.
Peristiwa ”menghilang” nyaris selalu hadir di karya-karya Michelangelo Antonioni. Sutradara besar asal Italia kelahiran tahun 1912 ini dianggap salah satu yang paling berpengaruh dalam sejarah estetika sinema dunia. Perasaan yang distimulasi oleh keindahan gambar film-film Antonioni tidaklah jauh berbeda dengan perasaan yang selalu dialami oleh para karakternya: misterius, dan tak terungkapkan. Rasa teralienasi, nuansa kehilangan di dunia yang terasing, mendominasi karya-karyanya. Kejeniusannya meredefinisi konsep film naratif, menantang pakem konvensional tentang penuturan, realisme, drama, dan konsep kehidupan manusia secara keseluruhan. Serupa puzzle yang disusun dari kepingan problematis manusia, film-film Antonioni adalah sebentuk kontemplasi visual: bahwa komposisi gambar puitis yang sarat makna lebih diutamakan ketimbang penceritaan gamblang dan perkembangan karakter yang jelas. Diselimuti atmosfer ketidakstabilan dan kegoyahan dalam film-filmnya, pada dunia Antonioni, satu pertanyaan dilontarkan bukan untuk dijawab, tapi diuapkan menjadi gelembung-gelembung pertanyaan lainnya.
kineruku, pada pemutaran bulanan kali ini, mengangkat tiga film Antonioni yang dinilai penting, yakni L’Avventura (1960), Blow-Up (1966), dan The Passenger (1975). Semuanya mengangkat tema-tema seputar kehilangan yang layak kita renungkan. Ironisnya, setelah Antonioni menerima penghargaan Oscar untuk Life Time Achievement Award, pada tahun 1996 piala itu pun raib dicuri dari apartemennya. Bisa jadi dia pun kemudian berpikir: apakah segala yang hilang, patut ditemukan kembali?
Selamat menemukan jawabannya.
Film Programer kineruku
Ariani Darmawan, Budi Warsito, Tumpal Tampubolon
Jadwal Pemutaran:
Sabtu, 17 Juni 2006, pukul 15.00 WIB: L'Avventura
Sabtu, 24 Juni 2006, pukul 15.00 WIB: Blow Up
Sabtu, 1 Juli 2006, pukul 15.00 WIB: The Passenger
====
l'avventura
[The Adventure. Michelangelo Antonioni, Italy, 1960. Black and White, 143 min, Italian with English subtitles.]
Mei 1960, Festival Film Cannes. Ruangan yang gelap dan pendaran layar putih mengiringi kasak-kusuk penonton yang tak henti mencemooh film di hadapan mereka. Entah apa yang berkecamuk di dada Michelangelo Antonioni di malam pemutaran perdana L'Avventura, karya filmnya yang kelima.
Ketika menonton The Adventure (begitu kira-kira terjemahan langsung judul film ini dalam bahasa Inggris), penonton mungkin berharap menyaksikan sebuah film aksi yang menguras adrenalin, lengkap dengan adu jotos dan baku tembak. Alih-alih mereka disuguhkan oleh cerita eksistensialis perjalanan rombongan muda-mudi borjuis asal Roma yang sedang berpelesir ke perairan Sisilia. Di tengah jalan, Anna, salah seorang peserta rombongan, bertengkar hebat dengan kekasihnya dan memisahkan diri dengan maksud menenangkan pikiran. Tanpa alasan yang jelas, ia pun lenyap tanpa bekas. Di sepanjang film kita disuguhkan kisah pencarian Anna oleh Sandro dan Claudia (teman baik Anna) yang saling merengkuh dalam keputusasaan dan keterasingan mereka. Keruan saja para penonton yang datang dengan harapan akan terhibur, merasa resah. Entah disengaja atau tidak, film ini memang membuat penontonnya merasa hampa dan depresi.
Esok harinya, segerombolan orang yang menamakan dirinya Kritikus Film, mengeluarkan surat kecaman yang ditujukan bagi para penonton. Mereka beranggapan bahwa massa adalah makhluk-makhluk bodoh berselera rendah, yang kerap keliru membedakan emas dan sampah. Berbeda dari mereka, para kritikus memuji L'Avventura setinggi langit dan menyebutnya sebagai tonggak sinema modern(is), menganugerahkannya Grand Jury Prize Cannes, dan mengukir film tersebut di jejeran box office dunia tahun itu.
Lepas dari kontroversi, L'Avventura memang layak dipuji karena keberhasilannya mengangkat tema tubuh yang hilang menjadi gambaran yang erotis. Antonioni dengan selera humornya yang aneh dan ‘trademark’ sorotan-sorotan ruang kosongnya berhasil menghantui perasaan penontonnya, yang diam-diam seakan turut melenyapkan diri dari muka bumi.
Terdengar menakutkan? Simak saja kata-kata Lucretius yang dikutip Antonioni ketika ia menjelaskan L'Avventura: "Nothing appears as it should in a world where nothing is certain. The only thing certain is the existence of a secret violence that makes everything uncertain." [TT]
Sabtu, 17 Juni 2006 / Pk. 15.00 / GRATIS / kineruku @ Rumah Buku, Bandung.
* * *
blow up
[Michelangelo Antonioni, UK, 1966. Color, 111 min, English.]
Di tepi taman luas nan sepi, seorang fotografer muda berambut kusut dengan sorot mata nyalang, melangkah gontai tanpa tujuan. Nun jauh di tengah sana, sepasang lelaki dan perempuan tampak bermesraan, dikepung rumput hijau terhampar: begitu syahdu, begitu damai. Naluri fotografisnya segera mengatakan itu objek menarik, maka dipotretlah mereka. Merasa privasinya terganggu, sang perempuan berang, lalu mengejar sang fotografer dan berusaha merebut kameranya. Begitu foto itu dicetak dan diperbesar (blow-up) beberapa kali, tercetaklah serangkaian misteri: adakah sebuah pembunuhan telah terjadi? Benarkah ada sesosok mayat tak sengaja terekam di foto itu, dan kenapa? Mengapa kemudian kehilangan demi kehilangan secara beruntun terjadi, termasuk bukti paling penting apakah peristiwa pembunuhan itu ”benar-nyata-adanya” atau ”sekadar-ilusi-belaka”?
Sederet tanda tanya—bisa jadi inilah kenapa film Blow-Up terasa memikat. Sepanjang cerita, tidaklah begitu terang apa yang sebenarnya terjadi. Namun kejeniusan Antonioni menjadikan film peraih Palem Emas di Festival Film Cannes tahun 1967 ini tidak lantas jatuh sebagai cerita misteri murahan. Dengan caranya sendiri, film ini mempertanyakan secara radikal tentang hakikat fotografi. Sekaligus di mana letak perbatasan ”ada” dan ”tiada”. Pertanyaan klise ”adakah sebuah foto bisa dikatakan menangkap realitas, atau dia hanya menciptakan ilusi tentang realitas?” menjadi pantas untuk kembali direnungkan. Layaknya karya fotografi, kekuatan gambarnya terletak pada komposisi yang tampak sangat cermat diperhitungkan. Dengan atmosfer cenderung sepi, menyimak film ini seperti menatap beku serangkaian foto yang penuh makna—dia tidak cerewet dengan kata-kata. Penonton, meski dengan risiko bingung, seolah dibebaskan membuat tafsirnya sendiri.
Seakan menggenapkan kebingungan penonton, luasnya ruang interpretasi juga diterapkan di scene paling legendaris: sekelompok anak muda berperilaku nyentrik, bermain tenis lapangan dengan bola imajiner. Dari ruang editing, mungkin sambil tersenyum penuh arti, Antonioni menambahkan suara pantulan bola, yang terdengar membentur raket dan lantai—seolah “bola” itu memang benar-benar ada. Lengkap sudah, batasan realitas dan ilusi tak lagi jelas di sini. Pada akhirnya, film Blow-Up, sama seperti “seni”, atau bahkan “hidup” itu sendiri: tak dibiarkannya kita berhenti mencari. [BW]
Sabtu, 24 Juni 2006 / Pk. 15.00 / GRATIS / kineruku @ Rumah Buku, Bandung.
* * *
the passenger
[Professione: Reporter. Michelangelo Antonioni, France/Italy/USA/Spain, 1975. Color, 125 min, English.]
Bila aksi kejar-kejaran dan penembakan adalah ciri khas film laga, mungkin film ini termasuk salah satu di antaranya. Tapi jangan berharap mendapatinya dalam dosis yang diluapkan, karena Antonioni adalah makhluk misterius yang selalu berhasil mengajak kita beradrenalin dalam kelambanan. The Passenger—bisa jadi satu-satunya film Antonioni dengan plot dan gaya tutur yang terstruktur jelas– bercerita tentang David Locke (diwatakkan secara cemerlang oleh Jack Nicholson), seorang reporter yang kehilangan arah hidupnya. Ketika berada di Afrika Utara, ia memutuskan bertukar identitas dengan seorang kenalan baru yang ia dapati tergeletak mati di kamar hotel. Jadilah ia mengalmarhumkan identitasnya, dan membangunkan seorang asing dalam tubuhnya. Ternyata, mengubah diri memang tidak semanis cerita-cerita di film atau semudah petunjuk-petunjuk buku pembimbing. Robertson, pria baru dalam tubuh Locke, adalah seorang pemasok senjata bagi kelompok pemberontak. Dalam penyamarannya, Locke diburu sana-sini: mulai dari pihak pemerintah Afrika, mitra bisnis yang tak kunjung menerima pesanan barang, hingga Kedutaan Inggris yang mengatasnamakan istrinya.
Layaknya sebuah catatan perjalanan, Antonioni dengan penataan dan gerak kameranya yang khas membawa kita mengelilingi tempat-tempat eksotis di gurun Afrika, hunian-hunian London, La Sagrada Familia (karya monumental Gaudi di Barcelona), hingga perkampungan sepi Spanyol. Hampir semua pengamat film berpendapat bahwa secara teknis Antonioni mencapai puncak keberhasilannya di film ini. Hal ini dikukuhkan dengan adegan one take selama 7 menit di ujung film, yang disebut-sebut sebagai karya sinematografi paling heroik dan bersejarah dalam dunia sinema: bermula dengan gerak pan kamera di kamar hotel, keluar melewati kisi-kisi jendela, bergerak menuju lapangan luas, dan kembali lagi masuk ke dalam kamar yang sama.
Namun bukan Antonioni namanya jika membiarkan para penontonnya hanya sekadar terpana dan terhanyut oleh keindahan gambar maupun teknis gerak kamera dalam film-filmnya. Lebih dari itu semua, The Passenger menohok kita dengan pertanyaan khas à la eksistensialis: seberapa jauh sebenarnya kita mampu memahami diri kita sendiri? Film ini seakan mendistorsikan pepatah "kenalilah diri sendiri, sebelum kita bisa mengenal orang lain" menjadi "kenalilah orang lain, tapi bukan sekadar demi mengenal diri sendiri". [AD]
Sabtu, 1 Juli 2006 / Pk. 15.00 / GRATIS / kineruku @ Rumah Buku, Bandung.
=====
Sabtu, 8 Juli 2006 / Pk. 15.00 kineruku akan membuka forum film Indonesia pertamanya dengan menyelenggarakan pemutaran dan diskusi film-film pendek Hafiz, seniman video dan filmmaker yang tergabung dalam Forum Lenteng, dengan karya-karyanya telah melanglangbuana di dalam dan luar Indonesia.
=====
kineruku @ Rumah Buku
Jl. Hegarmanah 52
Bandung, 40141
Telp 022-2039615
kineruku@yahoo.com
http://www.anaknagaberanaknaga.info
4 Comments:
L'Eclisse ama La Notte mana? :)
Anyway, thanks buat undangannya. Next time saya ke Bandung, saya pastiin buat datang.
NAUVAL,
Kami ada beberapa film Antonioni (termasuk L'Eclisse kami ada DVDnya), tapi waktu pemutarannya tidak cukup. Kami harus memilih 3 film karena hanya ada 3 minggu yang tersedia utk pemutaran. Mungkin di kesempatan lain akan kami putar. OK, silakan mampir jika Nauval ke Bandung. Thanx! :)
-budi kineruku-
damn, very interesting movies. sayangnya ga bsa nonton karena jauuuuh skali.... padahal kpgn nonton film antonioni...
cheers,
hn
visit my movie blog http://hanitje.blogdrive.com
hai hanibi,
kami ada beberapa film Antonioni.
dia adalah salah satu sutradara favorit kami. sip, kalo lagi pulang ke indonesia, jangan lupa main ke bandung, dan melihat koleksi kami. :)
Post a Comment
<< Home